MAKALAH
KEANEKARAGAMAN
MAKHLUK HIDUP DAN PERSEBARANNYA
Diajukan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar
oleh dosen
Yanto Heryanto, S.Sos., M.Si.
Disusun oleh:
NURHALIMAH (116040158)
FARIZ GIFARI AKBAR (116040159)
INA ROSDIANA (116040160)
PROGRAM
STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2017
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan beribu
nikmat sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keanekaragaman
Makhluk Hidup dan Persebarannya” tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, makalah ini berisi tentang
pengertian makhluk hidup, asal mula kehidupan, ciri-ciri makhluk hidup, keanekaragaman
makhluk hidup, biogeografi, dan persebaran makhluk hidup.
Ucapan terima kasih Kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu Kami dalam menyusun makalah ini, sehingga Kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan semaksimal mungkin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, dengan adanya kekurangan tersebut Kami senantiasa bersedia menerima dengan
lapang dada semua kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi mereka yang membaca. Aamiin.
Cirebon, April 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................... .................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.............................................................................. .................. 1
1.2
Rumusan Masalah.......................................................................... .................. 1
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................ .................. 2
1.4
Manfaat Penulisan............................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Makhluk Hidup........................................................... .................. 3
2.2 Asal Mula Kehidupan.................................................................... .................. 4
2.2.1
Berbagai Pendapat tentang Asal Mula Kehidupan................................. 4
2.2.2
Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup............................... .................. 11
2.2.3
Perbedaan Makhluk Hidup dengan Benda Mati.................. .................. 12
2.3 Polusi
dan Pencemaran.................................................................. .................. 15
2.4 Ciri-ciri
Makhluk Hidup................................................................ .................. 20
2.5 Keanekaragaman Makhluk Hidup................................................. .................. 21
2.6 Biogeografi.................................................................................... .................. 26
2.7 Persebaran Makhluk Hidup.............................................................................. 29
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................................... 34
3.2 Saran............................................................................................. .................. 34
DAFTAR PUSTAKA
![](file:///C:\Users\Asus\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.png)
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Makhlukhidup di
dunia ini sangatlah beragam jenisnya, baik itu tumbuhan maupun hewan. Di lingkungansekitar, kita dapat menemui berbagai jenis makluk hidup,
seperti berbagai jenis hewan misalnya; ayam, semut, sapi, dan sebagainya, berbagai jenis tumbuhan misalnya jeruk,
mangga, pisang, dan tumbuhan lainnya
yang ada disekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut dengan keanekaragaman hayati.
Dari berbagai makhluk hidup
yang banyak jenisnya, para peneliti mengklasifikan makhluk hidup ini. Adanya klasifikasi makhluk hidup ini dikarenakan adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi, anantomi, dan tingkah laku. Kegiatan pengklasifikasian makhluk hidup dilakukan bertujuan untuk mempermudah manusia dalam mengenal berbagai jenis hewan dan tumbuhan, juga mempermudah untuk memberikan penamaan terhadap suatu individu.
Keanekaragam meliputi
variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat dari makhluk hidup. Salah satu penyebab terjadinya keanekaragaman makhluk hidup yaitu oleh adanya
mekanisme evolusi.
Makhluk hidup dari
waktu ke waktu terus berkembang dan tersebar dimana-mana. Sebagai sesama makhluk hidup kita perlu mengetahui apa dan bagaimana keaekaragaman makhluk hidup
yang ada di sekitar, karena itu perlu adanya pembahasan masalah keanekaragam makhluk hidup dan persebarannya untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang keanekaragam makhluk hidup
yang ada.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa yang dimaksud keanekaragaman makhluk hidup?
2.
Bagaimana ciri-ciri dari makhluk hidup?
3.
Bagaimana pengklasifikasian makhluk hidup?
4.
Bagaimana persebaran dan sejarah dari perkembangan makhluk
hidup?
1.3
Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut
dapat disimpulkan tujuan dari makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui keanekaragaman makhluk hidup.
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri dari makhluk hidup.
3.
Untuk mengetahui pengklasifikasian makhluk hidup.
4.
Untuk mengetahui persebaran dan sejarah dari perkembangan
makhluk hidup.
1.4 Manfaat
Penulisan
Manfaat dari adanya makalah ini
yaitu:
1.
Untuk menambah wawasan tentang keanekaragam makhluk hidup
dan persebarannya.
2.
Dapat menjelaskan tentang keanekaragaman makhluk hidup
dimulai dari pengertian makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup sampai sejarah
dari perkembangan makhluk hidup itu sendiri.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Makhluk Hidup
Makhluk hidup adalah
suatu organisme yang dapat mempertahankan dirinya dari berbagai perubahan
lingkungan dan dapat berkembangbiak untuk melestarikan jenisnya. Dalam dunia
biologi yang termasuk ke dalam golongan makhluk hidup adalah mikroorganisme
seperti; bakteri, tumbuhan,
hewan, dan manusia.
Berikut
adalah pengertian makhluk hidup menurut para ahli:
1.
Helena Curtis
Pengertian Makhluk Hidup menurut Helena Curtis (1975)
adalah sesuatu yang bisa memanfaatkan energi dari lingkungannya dan merubahnya
dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain, dapat beradaptasi dengan
lingkungannya, bisa merespon bila ada rangsangan, bersifat homeostatis,
kompleks dan terorganisir dengan baik, dapat bereproduksi atau berkembang biak
serta dapat tumbuh dan berkembang.
2.
Kimball
Pengertian makhluk hidup menurut Kimball (1983) adalah
sesuatu yang memiliki lima cirri, yaitu dapat berevolusi, responsif, dapat
bereproduksi, dapat melakukan metabolism, dan bersifat rumit.
3. Dwijoseputro
Pengertian makhluk hidup menurut Dwijoseputro (1998)
adalah adalah sesuatu yang dapat melakukan metabolisme, dapat melakukan gerak,
dapat tumbuh, dapat bereproduksi, dan responsif.
4. Menurut New
Mexico Tech
Semua
makhluk hidup menampilkan tujuh karakteristik kehidupan, yaitu terdiri dari
sel-sel, secara kompleks terorganisir, mengambil energi dan menggunakannya
tidak hanya untuk merespon lingkungan, tetapi juga untuk tumbuh dan
mempertahankan dirinya, memiliki kemampuan untuk mereproduksi, dan memiliki
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
2.2 Asal Mula Kehidupan
2.2.1 Berbagai
Pendapat tentang Asal Mula Kehidupan
Sebelum abad ke-17, para ahli
menganggap bahwa makhluk hidup terjadi dengan sendirinya dari makhluk tak
hidup. Anggapan ini disebut teori generatio
spontanea atau abiogenesis.
Pendapat ini begitu ekstrem, misalnya kecebong berasal dari lumpur, ulat
berasal dari bangkai, bahkan gandum dapat menjadi tikus hanya dalam waktu satu
malam.
Dengan terjadinya renaissance,
mulailah timbul paham baru Francesco Redi (1626-1697), ahli biologi dari
Italia, dapat membuktikan bahwa ulat pada bangkai berasal dari telur lalat,
yang meletakkan telurnya dengan sengaja. Dari berbagai percobaan yang dilakukan
selalu mendapatkan peristiwa yang serupa. Ia mengemukakan pendapat bahwa
kehidupan berasal dari telur atau comne
vivum ex ovo.
Lazzaro Spallanzani (1729-1799),
juga ahli Biologi dari Italia, dengan eksperimen terhadap kaldu dapat
membusukkan kaldu itu. Apabila kaldu ditutup rapat setelah mendidih maka tak
terjadi pembusukan. Ia mengambil kesimpulan, bahwa untuk adanya telur harus ada
jasad hidup atau Omne ovum ex vivum.
Louis Pasteur (1822-1895), sarjana
Prancis, melanjutkan teori Spallanzani, dengan eksperimen berbagai jasad renik.
Ia mendukungnya, meskipun banyak yang menentang. Kemudian, menarik kesimpulan
bahwa harus ada kehidupan sebelumnya agar tumbuh kehidupan baru atau omne vivum ex vivum. Timbullah teori
biogenesis, sedangkan teori abiogenesis rupa-rupanya telah terkalahkan. Akan
tetapi asal mula kehidupan masih menjadi bahan pemikiran para ilmuan.
Hampir semua para ahli biologi
sependapat bahwa sal mula kehidupan terjadi di bumi ini, tidak di luar bumi.
Mereka menemukan makhluk hidup bersel satu sebagai asal mula kehidupan.
Kemudian terjadi evolusi organik menjadi organisme bersel banyak, Porifera-Coelentera-Vermes-Echinoderma-Mollusca
Arthropoda Vertebrata, dan Manusia paling akhir.
Oparin (1938), Sarjana Rusia,
mengemukakan hipotesis bahwa ada makhluk peralihan dari makhluk tak hidup ke
makhluk hidup. Hipotesis ini berdasarkan penelitian ahli lain di bidang Ilmu
Kimia. Kita telah mengetahui bahwa tubuh organisme 99% terdiri dari senyawa
Karbon, Hidrogen, Oksigen dan Nitrogen. Seorang ahli kimia Harold Urey (1893)
di Amerika Serikat, mengemukakan pendapat bahwa atmosfer bumi suatu waktu pernah
mengandung banyak CH4 (Metana), NH3 (Amonia), H2 (Hidrogen),
dan H2o (Air) dalam bentuk gas. Zat tersebut sangat mungkin
bergabung membentuk ikatan organik, dimana kehidupan biasanya berlangsung.
Pendapat ini, kemudian terkenal dengan teori Urey. Seorang murid Urey, bernama
Stanley Miller (1953) berhasil membuat model alat laboratorium yang sederhana
untuk membuktikan teori Urey. Ia masukkan gas tersebut ke dalam alat itu,
kemudian dibuat loncatan listrik bertegangan tinggi. Hasilnya sungguh menakjubkan,
setelah dianalisis ternyata diperoleh zat organik berupa gula, purin,
pyrimidin, asam amino, dan senyawa lainnya. Zat itu merupakan komponen ikatan
DNA (deoxyribo nucleic acid) dan RNA
(ribose nucleic acid), yaitu protein
inti, yang biasanya membentuk virus.
Eksperimen tersebut mengingetkan
kita bahwa sinar matahari menyebabkan terjadinya muatan listrik di atmosfer.
Apabila muatan listrik besar akan menimbulkan loncatan listrik, yang kita
namakan petir, baik besar maupun kecil. Karena di alam bebas dapat terjadi
senyawa kimia, seperti dalam eksperimen Stanley Miller dan tentunya juga
menyokong teori Urey. Peristiwa petir terjadi jutaan kali setiap hari. Tentunya
ikatan-ikatan kimia organik tersebar di seluruh pelosok muka bumi. Para ahli
kimia sepakat bahwa di alam selalu terdapat kecenderungan penggabungan berbagai
senyawa sehingga makin kompleks struktur molekulnya.
Weisz (1961) melanjutkan hipotesis
Oparin, disertai bekal teori Urey yang telah diuji kebenarannya o;eh Miller.
Menurut Weisz, penggabungan senyawa kimia itu terus bergabung menjadi
molekul-molekul yang lebih besar dan kompleks. Salah satu ikatan yang banyak
itu terbentuk asam nuklein, yang terdiri dari gula-fosfat-purin-pyrimidin-asam
amino. Rantai ini cenderung untuk mengikat mata rantai dari sekitarnya sehingga
terjadilah rantai dobel yang setangkup. Kemudian rantai yang satu melepaskan
diri dari yang pertama dalam bentuk duplikat. Mulai dari sinilah, barangkali,
jadi loncatan tingkah laku kimiawi dari sifat tak hidup. Pada waktu rantai tadi
mengikat materi yang sama, bolehlah kita namakan reproduksi yang pertama, bila
ia sebagai pemula kehidupan di bumi. Selanjutnya, terjadilah persaingan, maka
rantai serupa itu perlu bergabung satu sama lain, membentuk rantai yang lebih
panjang lagi. Apa hipotesis ini dapat bertahan maka terjawablah salah satu missinglink terbesar dalam evolusi
organik.
a.
Virus
Apabila rantai senyawa
gula-fosfat-purin-pyrimidin-asam amino itu makin panjang dan kompleks maka akan
terbentuk DNA dan selanjutnya terbentuk virus. Penumu virus sejalan dengan
ditemukannya mikroskop elektron oleh Knoll dan Ruska (Jerman, 1932). Mikroskop
biasa yang menggunakan cahaya tak dapat dipakai untuk melihat virus, karena
ukurannya sangat halus, kira-kira 10 sampai 30 milimikro. Berbagai jenis virus
telah ditemukan. Bentuknya bermacam-macam, ada yang bulat, lonjong, seperti
kubus atau batang. Sifatnya aneh, dapat dikristalkan sebagai zat kimia biasa,
dapat pula ditanam dalam tumbuhan atau hewan, dan bertambah banyak. Mengenai
pertambahan banyaknya, terdapat dua pendapat, yaitu:
1)
Virus melakukan reproduksi sebagaimana
halnya makhluk hidup lain.
2)
Virus tak dapat memperbanyak diri,
melainkan organisme tempat virus itu berada yang membentuk duplikat virus
tersebut.
Dalam pengamatan, jelas virus itu
menjadi lebih banyak. Sedangkan sebagaimana caranya belum diketahui dengan
pasti. Percobaan untuk menumbuhkan virus dalam substrat buatan selalu gagal.
Timbul dalam pikiran kita, kalau demikian virus merupakan makhluk transisi
antara makhluk tak hidup ke makhluk hidup. Akan tetapi, terlalu cepat untuk
berpendapat demikian.
Beberapa jenis virus menyebabkan
berbagai penyakit, misalnya mozaik pada tembakau, tomat, mentimun, waluh,
jipang, dan lain-lain. Pada manusia,misalnya campak, cacar, cacar air,
influenza, polio, kutil, demam kuning, hepatitis dan lain-lain. Pada hewan,
misalnya, anthrax, rabies, psitakosis, pes sapi, dan lain-lain.
b. Bacteriophag
Adanya suatu zat hidup yang
menyelinap ke dalam substansi serupa virus, yang kemudian menyebabkan
kehidupan, selalu menjadi persoalan yang tak pernah habis. Akan tetapi,
kenyataan adanya kehidupan tak terbantah.
Tingkat yang lebih tinggi
derajatnya daripada virus adalah bacteriphag. Ia sudah boleh dianggap hidup
sesungguhnya. Tidak dapat hidup dalam substat buatan. Tubuhnya terdiri dari
rantai DNA yang dikelilingi protein. Dapat bereproduksi, hidupnya sebagai
parasit yang menyerang bakteri dengan jalan membor tubuh bakteri. Ia berbuat
demikian karena ukurannya jauh lebih kecil daripada bakteri, dan sedikit lebih
besar daripada virus. Bentuknya seperti kendi dengan ukuran 30-20 milimikro.
c. Rickettsia
Taraf makhluk hidup yang lebih tinggi
dari bacteriophag adalah rickettsia. Ia sudah mempunyai RNA (Ribose Nucleic
Acid), yaitu asam inti yang biasanya berada di luar inti sel pada organisme
bertaraf tinggi. Ukurannya 0,3-0,5 mikron, sedemikian kecilnya sehingga tidak
dapat disaring. Ia tak dapat berkemabang biak dalam medium yang tak hidup. Oleh
karena itu, rickettsia masih memiliki sifat virus. Telah ditemukan rickettsia
penyebab demam, cacar dan tifus.
d. Bakteria
Bakteria merupakan mikroba yang
sangat beragam dalam hal bentuk dan perilakunya. Ia digolongkan kepada tumbuhan
karena berdinding tubuh yang tebal. Ukurannya 0,5-70 mikron, tergantung pada
macam bakteria. Meskipun bakteria tidak memiliki inti sel, tetapi DNA dan RNA
ada dalam tubuhnya. Ia dapat dibiakan dalam medium buatan. Bakteria sering
digolongkan ke dalam ragi atau jamur, karena tidak memiliki hijau daun sehingga
tidak dapat berfotosintesis. Jadi, kehidupannya tergantung kepada bahan organik
yang sudah mati (saprofitis) atau menjadi parasit pada makhluk hidup lain. Pada
umumnya, bakteria hidup subur pada suhu 20-35°C. Ada pula bakteria yang
bertahan pada suhu 80°C, misalnya di sumber air panas vulkanik. Hampir semua
proses pembusukan merupakan fenomena pembiakan. Dalam proses pembusukan, semua
bahan organik hancur menjadi bahan organik hancur menjadi bahan anorganik. Oleh
karena itu, bakteria disebut pula mikroba pengurai.
d. Protozoa
Protozoa sering pula disebut hewan
bersel, karena dinding tubuhnya sangat tipis dan berperilaku seperti hewan,
dalam arti mobilitas dan cara makannya. Ukuran tubuhnya 20-100 mikron; memiliki
inti sel yang masif dan tubuh kental yang dinamakan protoplasma. Protozoa ada
yang hidup bebas di alam ada pula yang menjadi parasit. Ia dapat berbiak dengan
cara membelah diri.
e. Sel
Nama sel, pertama kalio dipakai oleh
Robert Hook (1655) penemu mikrosop. Ia melihat ruang-ruang kecil ketika
memeriksa irisan gabus sumbat botol. Sebuah ruang kososng yang hanya tampak
dindingnya. Para peneliti setelahnya melihat bahwa dalam sel terdapat cairan
sebagai lendir yang disebut protoplasma. Inilah bagian hidup. Pada irisan tubuh
hewan tidak terdapat ruangan seperti itu. Akan tetapi, untuk menghormati
penemunya maka terhadap satuan protoplasma yang hidup tetap disebut sel.
Setiap sel pada umumnya terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:
Setiap sel pada umumnya terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:
1) Inti
sel (nukleus) tampak lebih masif. Di dalamnya terdapat serebut-serebut halus
yang berfungsi sebagai penerus keturunan, untuk mempertahankan jenisnya, yang
disebut kromosom. Tiap jenis organisme mempunyai jumlah kromosom yang tetap,
misalnya manusia 46 atau23 pasang, kera rhesus 21 pasang, kucing 19 pasang,
sapi 30 pasang, kuda 33 pasang, anjing 39 pasang, gandum 21 pasang, tomat 12
pasang, jagung 10 pasang, bawang 8 pasang dan lain-lain. Dalam kromosom
terdapat titik-titk pembawa sifat keturunan yang sangat banyak dan disebut gen.
Dari segi ilmu kimia, titik gen terdiri dari DNA. Pada lalat buah, dalam 4
pasang kromosom, telah ditemukan ±500 gen, pada manusia kira-kira 100.000 gen.
Setiap cetak biru untuk suatu bangunan. Gen itulah yang bertanggung jawab
terhadap sifat kelestarian. Sifat yang tercatat dalam kromosom disebut
genotipe. Dalam pelaksanaan pertumbuhan dipengaruhi oleh keadaan sekitar,
sehingga sifat sering berbeda dengan peta kromosom. Sifat inilah yang kita
dapat amati di alam dan disebut fenotipe.
2) Protoplasma
sel atau sitoplasma adalah yang mengelilingi inti sel. Bagian ini bertanggung
jawab terhadap peristiwa aktivitas hidup sehari-hari, misalnya metabolisme,
makan, bernapas, peredaran darah, bergerak dan lain-lain.
f. Reproduksi
dan Perkembangan
Pada organisme bersel tunggal,
segala kehidupan berlangsung dalam satu sel tersebut. Bereproduksi dengan jalan
membelah diri menjadi dua. Mula-mula yang membelah adalah inti serta
kromosomnya, baru diikuti oleh sitoplasmanya. Dari satu individu, lalu menjadi
empat, delapan, dan seterunya. Dari pembelahan ke pembelahan berikutnya hanya
berlangsung antara 20-60 menit. Sementara lahir sel-sel baru, maka satu demi
satu kehilangan kemampuan untuk hidup.
Pada organisme bersel satu banyak,
banyaknya sel sangat bervariasi, bilangan ratusan hingga miliaran, tergantung
kepada jenisnya. Mereka pada umumnya dapat didiferensiasi dalam bagian-bagian
tubuh dan fungsinya. Tiap bagian tubuh mempunyai fungsi tersendiri, tetapi
tetap dalam kesatuan harmonis individu, semuanya dalam satu kontrol. Apabila
karena sesuatu hal salah satu bagian tidak berfungsi sebagaimana mestinya akan
berakibat buruk untuk bagian lain dalam individu itu. Mereka mempunyai bagian
khusus untuk melaksanakan reproduksi. Bagian ini disebut alat kelamin, yaitu
alat kelamin jantan dan betina. Kedua alat itu mungkin dimiliki oleh satu
individu, yang disebut hermafroditisme. Apabila individu hanya memiliki alat
kelamin jantan atau betina saja, disebut sifat gonochorisme.
Alat kelamin jantan menghasilkan
sel kelamin jantan (spermatozoa = sel mani), alat kelamin betina menghasilkan
sel kelamin betina (ovum = telur). Sel mani dan telur masing-masing mempunyai
inti dengan kromosom sel tubuh. Contoh, pada manusia sel mani dan sel tubuh
mempunyai 46 kromosom.
Untuk melanjutkan keturunannya,
suatu individu perlu mempertemukan sel mani dengan sel telur. Penggabungan ini
disebut pembuahan (conseptio). Dari dua sel melebur menjadi satu sel zigot,
dengan jumlah kromosom seperti induknya. Terleburlah sifat dari jantan dan dari
betina di mana tiap kromosom mencari pasangan masing-masing.
Sel zigot ini membelah diri
sebagaimana halnya individu bersel tunggal. Akan tetapi, semua sel melekat satu
dengan yang lain merupakan awal perkembangan individu. Setiap fase pertumbuhan
mengikuti pola tertentu sampai selesai proses diferensiasi. Pertumbuhan
dilanjutkan dengan masa kecil, masa muda dan masa dewasa untuk bereproduksi dan
menghasilkan keturunan. Setelah itu tugas alamiah selesai bagi sesuatu
individu.
Perkembangan individu yang berbeda
dengan uraian di atas, adalah fenomena partenogenesis, yaitu sel telur yang
tidak mengalami pertumbuhan berkembang menjadi individu dewasa. Contohnya, pada
lebah madu, hewan betina yang biasa disebut ratu, bertelur banyak dengan tiga
kelompok telur, yaitu:
1)
Telur yang berisi zigot, kemudian
berkembang menjadi individu jantan.
2)
Telur yang berisi zigot, kemudian
berkembang menjadi individu betina tulen dan dapat menjadi ratu baru.
3)
Telur yang hanya berisi sel kelamin
betina, tetapi dapat berkembang menjadi individu betina palsu, alat kelaminnya
berubah menjadi alat penyangat beracun.
g. Ekologi
Ekologi mempelajari
interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu sistem di mana terdapat
keseimbangan ekologis, dinamakan ekologis, dinamakan ekosistem. Contoh
ekosistem adalah kolam, danau, hutan, padang rumput, akuarium yang baik, dan
sebagainya. Di bumi ini, tak semua tempat layak untuk kehidupan manusia, tidak
semua baik untuk kehidupan suatu makhluk hidup. Dalam ekologi terdapat komponen
abiotik dan biotik.
1)
Komponen abiotik, misalnya tanah, udara,
air, cahaya, dan suhu semuanya berpengaruh terhadap makhluk hidup dan saling
memengaruhi di antara komponen abiotik itu sendiri.
2)
Komponen biotik adalah semua makhluk
hidup yang ada di kawasan nonbiotik, yaitu:
a) Produsen,
kelompok makhluk hidup yang dapat menghasilkan zat organik dari zat anorganik
dengan jalan fotosintesis.
b) Konsumen,
kelompok makhluk hidup yang makan zat organik yang telah dibentuk oleh
produsen.
c) Pengurai,
adalah makhluk hidup yang menguraikan organisme mati menjadi zat anorganik.
Kelompok ini biasanya bakteri dan berbagai jamur.
d) Rantai
makanan, adalah proses makanan yang dimakan. Contoh: jagung-tikus-ular-burung-manusia-bakteri-zat
anorganik-dan seterusnya.
2.2.2 Sejarah
Perkembangan Makhluk Hidup
Menurut suatu teori, organisme yang
beraneka ragam saat ini adalah hasil dari proses evolusi kehidupan. Yang
dimaksud dengan evolusi kehidupan yaitu suatu perubahan kehidupan, menjadi
bentuk kehidupan yaitu suatu perubahan kehidupan, menjadi bentuk kehidupan
lainnya melalui suatu proses yang perlahan-lahan dan mungkin memakan waktu
ribuan bahkan jutaan tahun. Teori tersebut menyatakan bahwa organisme yang
mula-mula ada di dunia berupa organisme bersel tunggal, dan organisme ini
bersel dari agregasi molekul-molekul yang ada.
Yang menjadi persoalan kemudian
adalah bagaimana mekanisme dasar sehingga organisme bersel tunggal tersebut
sekarang berkembang menjadi organisme bersel banyak. Salah satu dugaan
menyatakan bahwa biosfer, yaitu suatu dunia kehidupan di bumi kita ini
merupakan sebuah sistem, sedangkan organisme yang merupakan komponennya menjadi
suatu subsistem. Sebagai suatu subsistem organisme itu dibentuk oleh materi dan
energi yang tersedia dalam biosfer.
Karena dalam biosfer berlaku hukum
Termodinamika I dan II maka organisme itu akan mengalami perlakuan hukum
tersebut.
a. Hukum
Termodinamika I
Di dalam biosfer tak ada energi yang hilang, jumlah
energi itu tetap, yang berubah hanya bentuknya. Contohnya: energi listrik
berubah menjadi energi mekanik berubah menjadi energi panas.
b. Hukum
Termodinamika II
Apabila suatu sistem dibiarkan
berdiri sendiri, maka sistem tersebut cenderung untuk mengalami penguraian ke
arah yang paling tidak teratur. Bertalian dengan hukum Termodinamika I dan II
tersebut, organisme akan menjadi suatu jalur arus energi. Dalam tubuh
organisme, energi akan mengalami perubahan bentuk dari satu macam bentuk ke
bentuk lain. Dan selanjutnya, sebagai suatu sistem kalau dibiarkan begitu saja
maka organisme akan cenderung ke arah kerusakan yang paling parah.
Akan tetapi, sebaliknya organisme
sebagai suatu sistem akan mempertahankan diri dari perlakuan hukum tersebut.
Organisme dapat mempertahankan diri dengan adanya kemampuan pelestarian diri atau self perpetuation. Dan kemampuan
ini adalah bagian dari proses evolusi.
Perkembangan yang lain, yaitu
adanya suatu kerja sama antara organisme sehingga akan membentuk koloni. Dengan
alasan yang sam pula terjadilah gejala perkembangan menuju ke arah pembentukan
organisme bersel banyak. Hal ini ditambah pula dengan keharusan beradaptasi
terhadap lingkungannya. Kemudian berkembanglah apa yang dinamakan organisme
bersel banyak yang seperti halnya organisme multiseluler, organisme
multiseluler ini berkembang menjadi beraneka ragam organisme lainnya.
2.2.3 Perbedaan
Makhluk Hidup dengan Benda Mati
a. Makhluk
Hidup
Makhluk hidup merupakan suatu
subtansi zat yang dapat menjadi proses kehidupan. Yang dimaksud dengan proses
kehidupan atau ciri-ciri makhluk hidup anatara lain:
1)
Bergerak
Makhluk hidup dapat bergerak, baik berpindah tempat
maupun pergerakan diri bagian-bagian tubuhnya. Sebagai contoh, kuda dapat
berlari, burung dapat terbang, sedangkan ikan dapat berenang. Akan tetapi,
gerakan yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan sangat terbatas, misalnya gerkan
menutup daun Mimosa pudica atau putri malu ketika tersentuh kalau tersinggung,
gerakan membuka dan menutupnya stomata, gerakan rotasi dan sirkulasi plasma
sel.
2)
Metabolisme
Makhluk hidup melakukan metabolisme yang meliputi:
Makhluk hidup melakukan metabolisme yang meliputi:
a) Nutrisi,
yaitu pengambilan zat-zat makanan dan sumber energi lain dari lingkungannya.
b) Respirasi,
yaitu menguraikan zat-zat nutrisi sehingga memperoleh energi.
c) Sintesis,
yaitu pembuatan zat-zat baru yang penting bagi kelangsungan hidup.
d) Ekskresi,
yaitu pengeluaran zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh.
3)
Mempertahankan jenisnya/hidupnya
Makhluk hidup selalu berusaha untuk
mempertahankan jenisnya agar tidak punah dari bumi, usaha tersebut meliputi:
a)
Regulasi, yaitu fungsi mengatur
keserasian proses yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup.
b)
Reproduksi, yaitu kegiatan untuk tumbuh
dari muda menjadi dewasa selanjutnya menjadi tua, dan sedikit menjadi banyak.
c)
Adaptasi, yaitu usaha menyesuaikan diri
terhadap lingkungan dengan tujuan selalu dapat mengikuti perubahan yang terjadi
di lingkungan hidupnya.
d)
Evolusi, yaitu suatu perubahan kehidupan
menjadi bentuk kehidupan lainnya melalui proses yang memakan waktu yang sangat
panjang.
4)
Tanggap terhadap rangsang
Makhluk hidup merupakan substansi
yang tidak menjalankan proses kehidupan. Ciri-ciri benda mati tentunya
berlawanan dengan ciri-ciri makhluk hidup seperti yang telah dikemukakan di
atas. Jadi, ciri-ciri benda mati antara lain:
b. Benda
Mati
Benda mati merupakan substansi yang
tidak menjalankan proses kehidupan. Ciri-ciri makhluk hidup seperti yang telah
dikemukakan di atas. Jadi, ciri-ciri benda mati antara lain:
1)
Tidak dapat bergerak
Benda
mati tidak dapat bergerak, kecuali ada pengaruh luar. Batu bergerak karena
pengaruh tenaga luar yang mengena pada batu tersebut.
2)
Tidak ada metabolisme
Benda mati tidak ada kegiatan nutrisi, respirasi, sintesa maupun ekskresi.
Benda mati tidak ada kegiatan nutrisi, respirasi, sintesa maupun ekskresi.
3)
Tidak mempertahankan jenisnya
Benda
mati tidak ada usaha untuk mempertahankan keberadaanya (eksistensinya). Jadi,
benda mati tidak memiliki kegiatan regulasi, reproduksi, adaptasi maupun
evolusi.
4)
Tidak ada tanggapan terhadap rangsang
Benda mati tidak mempunyai
tanggapan terhadap rangsang yang diterimanya. Jadi, benda mati akan diam saja
meskipun datang rangsang bertubi-tubi dari luar.
Dengan memahami ciri-ciri makhluk
hidup dan benda mati seperti di muka, kita dapat membedakan antara makhluk
hidup dan benda mati. Akan tetapi, bagi makhluk hidup yang sangat sederhana
susunannya dan sangat kecil ukurannya, ciri-cir kehidupan tadi untuk dapat
diamati begitu saja.
Dalam kehidupan sehari-hari dengan
mudah kita dapat menyebut bahwa batu itu benda mai, sedangkan kucing adalah
makhluk hidup. Mengapa kita bisa mengatakan hal tersebut? Hal ini tentu berdasarkan
tanda-tanda yang dapat dipakai untuk membedakan antara benda mati dan makhluk
hidup. Sifar-sifat umum yang dapat dipakai untuk membedakan antara keduanya
adalah:
a) Bentuk
dan ukuran. Makhluk hidup mempunyai bentuk dan ukuran tertentu sedangbenda mati
tidak, sebagai contoh batu ada yang sebesar butir pasir, tetapi ada pula
sebesar gunung. Sedangkan makhluk hidup, misalnnya kucing, bentuk an ukurannya
tertentu.
b) Komposisi
kimia. Makhluk hidup mempunyai komposisi kimia tertentu, yaitu terdiri dari unsur-unsur
Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Belerang atau Sulfur (S),
fosfor (P), dan sedikit mineral. Benda mati komposisi kimianya tidak tertentu.
c) Organisasi.
Setiap makhluk hidup terdiri dari sel-sel. Sel-sel ini membentuk jaringan, dan
jaringan membentuk organ. Sistem organ membentuk proses hidup. Pada benda mati,
susunannya merupakan hasil dari unsur pokoknya.
d) Metabolisme.
Pada makhluk hidup terjadi pengambilan dan penggunaan makanan, pernapassan
(respirasi) sekresi dan ekskresi. Benda-benda mati tidak mengalami hal-hal ini
tersebut.
e) Iritabilitas.
Makhluk hidup dapat memberikan reaksi terhadap perubahan sekitarnya, misalnya
cahaya, gerakan, kelembaban dan suhu. Besarrnya reaksi tidak seimbang dengan
besarnya aksi. Sebagai contoh, besi yang kena panas akan memuai sesuai dengan
panas yang diterima.
f) Reproduksi.
Pada makhluk hidup terdapat kemampuan untuk bereproduksi, sedang benda mati
tidak.
g) Tumbuh
dan mempunyai daur hidup. Setiap makhluk hidup mempunyai proses pertumbuhan dan
mempunyai daur hidup, artinya mempunyai proses kelahirannya, tumbuh, dewasa,
dan mati. Benda mati membesar karena pengaruh luar, seperti halnya pada
kristal.
Hal-hal di atas
merupakan perbedaan antara makhluk hidup dengan
benda-benda mati, dan bukan kriteria untuk menetapkan apakah sesuatu itu
makhluk hidup atau benda mati.
2.3 Polusi
dan Pencemaran
Pencemaran adalah keadaan yang akan
mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup dan terganggunya kesehatan
dan ketenangan hidup makhluk hidup. Terjadinya pencemaran lingkungan umumnya
terjadi akibat kemajuan teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup.
Mengenai polutan menjadi dua, yaitu:
a) Bersifat
kuantitatif, yaitu terdiri dari unsur-unsur yang secara alamiah telah ada di
dalam alam ini, tetapi jumlahnya semakin bertambah karena kegiatan manusia
sehingga menyebabkan pencemaran, misalnya karbon dioksida, nitrogen, fosfor dan
lain-lainnya.
b) Bersifat
kualitatif, yang terdiri dari senyawa-senyawa yang terjadi karena sengaja
dibuat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi kurang bijaksana dalam
penggunaannya, misalnya pestisida, detergen, pupuk dan lain-lain.
Beberapa pencemaran yang perlu
diketahui ialah pencemaran udara, air, tanah dan suara.
a. Pencemaran
Udara
Udara pada lingkungan yang tercemar oleh zat-zat
polutan jelas tidak bersih lagi dan akan menjadi gangguan kesehatan bagi
makhluk hidup (termasuk manusia) sekitarnya. Dengan kemajuan teknologi pada
masa kini, polusi udara telah menimbulkan banyak kekhawatiran terutama di
daereh-daerah industri,. Polutan dapat berupa gas, misalnya karbon dioksida,
karbon monoksida, nitrogen oksida, hidro karbon, sulfur dioksida, dan hidrogen
sulfida. Polutan juga dapat berupa butir-butir benda cair dan partikel-partikel
padat. Semua polutan tersebut menyembur ke udara, terbawa angin dan menyebar di
dalam atmosfer. Reaktor atom dan peledak bom atom menyebar debu radioktif yang
merupakan polutan berbahaya ke mana-mana sampai ke tempat peledak yang jauh
sekali. Dari hasil observasi cuaca, ternyata pencemaran udara dewasa ini tidak
hanya di sekitar daerah industri dan tempat peledak bom atom, melainkan sudah
menyebar mengotori seluruh atmosfer bumi kita.
Tindakan-tindakan mengatasi
pencemaran udara:
1) Mencegah
terjadinya pencemaran, misalnya mesin kendaraan bermotor yang sudah tidak baik
harus diservis supaya pembakaran bensin atau solar lebih sempurna, pabrik yang
mengeluarkan gas pencemaran harus membuat cerobong yang sangat tinggi sehingga
gas pencemar lekas dibaurkan angin dan mencapai konsentrasi tidak membahayakan.
Pabrik yang mengeluarkan partikel pencemaran seperti pabrik logam, misalnya,
tertinggal di lingkungan pabrik yang sudah disediakan.
2) Memisahkan
lingkungan tempat tinggal dari sumber pencemaran. Agar manusia, hewan, tumbuhan
dan lain-lainnya terhindar dari kerusakan akibat pencemaran dapat dilakukan
dengan mengatur tata wilayah atau tata kota dengan cermat dan melaksanakan
rayonisasi atau zoning. Wilayah
dibagi menurut penggunaan yang tepat, saling menunjang dan tidak saling
mengganggu, dengan memperhatikan arah angin,aliran air, tinggi rendah letak
jaringan lalu lintas, tempat kediaman dan lain-lain.
Tempat-tempat yang menciptakn pencemaran, seperti jalan raya, pabrik kimia, pabrik logam, dan sumber pencemaran lainnya diberi lokasi khusus risiko gangguan ke bagian-bagian wilayah kecil lainnya. Ruang kerja karyawan di dalam lokasi khususnya tersebut di atas harus diusahakan bebas dari bahay pencemaran.
Tempat-tempat yang menciptakn pencemaran, seperti jalan raya, pabrik kimia, pabrik logam, dan sumber pencemaran lainnya diberi lokasi khusus risiko gangguan ke bagian-bagian wilayah kecil lainnya. Ruang kerja karyawan di dalam lokasi khususnya tersebut di atas harus diusahakan bebas dari bahay pencemaran.
3) Menghilangkan
bahan-bahan pencemaran dari udara. Pencemaran yang disebabkan oleh karbon
dioksida dapat diatur dengan menambah vegetasi. Tumbuhan dirangsang proses
fotosintesisi oleh konsentrasi karbon dioksida yang agak besar dan membebaskan
oksigen sehingga konsentrasi gas karbon dioksida berkurang. Tumbuhan rindang
dengan daun-daun lebar mampu menangkap partikel-partikel pencemaran yang
berjatuhan dari udara bagian atas, sehingga udara bagian bawah agak terhindar
dari gangguan debu dan debu yang melekat pada dedaunan pada waktunya akan
terbawa ke bawa oleh air hujan, tidak sempat mengotori udara bagian bawah. Untuk
memperoleh ruangan yang udaranya bersih, orang harus menyaring udara yang masuk
ke dalam ruangan tersebut. Partikel-partikel padat dapat disaring dengan
filter. Untuk partikel yang halus, lebih baik udara kotor dialirkan air, atau
secara elektrostatik dengan mengalirkan udara melalui konduktor yang berisi
muatan listrik, debu akan tertarik konduktor dan berjatuhan selanjutnya
ditampung. Pencemaran dalam bentuk gas disaring dengan melewatkan air atau
larutan yang dapat bereduksi dan menetralkan gas pencemar tersebut. Untuk tiap
macam gas pencemaran harus dicarikan larutan yang cocok, dan diusahakan agar
persenyawaan antara gas pencemar dan larutan tidak menimbulkan gas baru yang
sifatnya mencemarkan pula.
b. Pencemaran
Air dan Tanah
Pencemaran air dan tanah umumnya
terjadi karena tingkah laku manusia, seperti penggunaan zat detergen, asam
belerang, dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan pabrik-pabrik
kimia/industri. Pencemaran ini dapat juga karena pestisida, pupuk-pupuk tanaman
yang berlebihan dalam penggunaanya sehingga mutu air dan tanah berkurang,
bahkan dapat membahayakan baik untuk tumbuh-tumbuhan maupun hewan.manusia.
sebagai contoh, DDT, Aldrin, endrin fosfor organik bila mencemari tanah
pertanian dan air akan merugikan, sebab zat-zat ini dapat membunuh
mikroorganisme yang sangat penting dalam proses pembusukan dan sintesis zat-zat
organik/anorganik. Air minum pun dapat tercemar sehingga menurunkan kesehatan,
resistensi kuman meningkat dan mungkin pestisida dapat bersifat karsinogenik,
yaitu dapat menimbulkan kanker atau tumor ganas. Pembuangan sampah atau kotoran
ke sungai jelas akan memengaruhi produktivitas air dan lingkungan secara luas.
Bahan-bahan kimia sisa dari industri seperti fosfat, belerang, timah hitam,
besi, tembaga dan lain-lain telah mencemari tanah, air dalam tanah, air di
permukaan tanah, sungai, danau rawa, laut maupun samudera.
Selain oleh zat-zat kimia, air dan
tanah dapat pula dicemari bibit-bibit penyakit yang kemudian dapat menulari
hewan maupun manusia sehingga menimbulkan epidemi.
Tindakan-tindakan
mengatasi pencemaran air:
1) Tindakan
preventif dengan mengusahakan agar bahan limbah kota tidak mencemari air,
dengan cara pengelolaan produksi yang sedikit mungkin menghasilkan bahan
limbah, atau bahan limbah harus dikerjakan lagi sehingga menghasilkan zat-zat
limbah yang tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.
2) Dengan
membuang bahan limbah ke tempat-tempat khusus, tempat pembuangan sampah, atau
ditanam di bawah tanah agar lambat laun dihancurkan oleh mikroorganisme. Akan
tetapi, cara ini dapat menyebabkan pencemaran air tanah, dengan makin banyaknya
sampah buangan, makin sulit mendapatkan lokasi yang tepat dan cukup luas di
dalam atau di dekat kota tanpa menimbulkan gangguan lingkungan hidup dari
pencemaran udara dan air.
3) Dengan
membersihkan air limbah industri yang mengandung berbagai polutan terlebih
dahulu sebelum meninggalkan kompleks industri. Air limbah dialirkan lewat
beberapa kolam dan dibersihkan secara mekanis dan kimiawi dengan diberi
bahan-bahan tertentu, dan secara biologis dengan memberi ganggang atau tumbuhan
air tertentu sehingga senyawa-senyawa yang berbahaya terambil dari air.
Untuk menguji kebersihan air dan zat-zat berbahaya,
kolam terakhir diisi berbagai jenis ikan yang dipelihara dan dapat di teliti
akan pengaruh buruk air kepada ikan-ikan tersebut. Apabila ikan dan juga
tumbuhan di kolam sebagai indikator kebersihan air menunjukkan hasil yang baik,
air boleh keluar dari kompleks industri atau bahkan digunakan kembali sebagai
air bersih untuk keperluan pabrik.
c. Pencemaran
Suara
Pencemaran suara dapat berupa
gangguan kepada penghuni lingkungan. Gangguan yang dialami manusia ada dua
macam, yaitu gangguan fisiologi dan psikologi. Lagu-lagu yang bagus dapat
menjadi gangguan apabila berbunyi terus menerus sehingga membosankan dan
menjengkelkan bagi yang mendengar, atau lagu-lagu yang bagus tersebut terdengar
tidak pada waktunya, misalnya ketika orang sedang tidur. Itu semua dapat
menimbulkan kejengkelan yang merupakan tekanan jiwa dan mendatangkan gangguan-gangguan
kejiwaan.
Suara yang berbunyi sangat keras
akan manjadi gangguan bagi lingkungan dan dirasakan sebagai kebisingan sehingga
mengganggu ketenangan hidup. Selain mengakibatkan gangguan pendengaran (tuli)
juga dapat menimbulakan gangguan-gangguan kejiwaan penyebab perubahan kadar
hormon dalam darah, denyut nadi dan jantung makin cepat, kejang-kejang, dan
pupil mata membesar. Gangguan perasaan dan kesehatan mengakibatkan perubahan
watak dan tingkah laku.
Untuk menentukan kualitas suatu
suara, haruslah diketahui frekuensi dan identitas dari suara tersebut,
Frekuensi dinyatakan dengan Hz (Hertz), yaitu jumlah getaran suara per detilk
yang sampai ke telinga, sedangkan intensitas suara dinyatakan dalam db
(desibel).
Ada tiga yang dapat dipertimbangkan
dalam usaha menanggulangi gangguan suara, yaitu sumber suara, medium penghantar
geteran suara dan penerimaan suara.
1) Mematikan
melemahkan sumber suara. Apabila sumber suara berasal dari tape recorder,
radio, atau televisi, dapat dengan mengecilkan suaranya; apabila sumber suara
berasal dari kendaraan bermotor, dapat dengan memperbaiki knalpot, memasang
saringan atau mengerahkan ke atas. Apabila sumber suara berasal dari anak yang
menangis, dapat ditenangkan agar berhenti menangis.
2) Perambatan
getaran suara dapat di cegah dengan bahan peredam, misalnya karton, kayu,
serabut, batu merah, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Jalur-jalur hijau dan
pagar-pagar hidup besar manfaatnya untuk mengurangi kebisingan kota, di samping
sebagai paru-paru kota dan sebagai regulator temperatur udara kota. Lebih
sempurna lagi apabila arsitektur bangunan yang memangku jalan ramai
diperhatikan untuk mencegah kebisingan.
3) Ada
kemungkinan bahwa orang tidak dapat melakukan cara pertama dan kedua, misalnya
orang yang pekerjaannya selalu harus bergaul dengan bunyi yang tidak
menyenangkan, seperti mereka bekerja di dalam pabrik yang penuhn suara bising.
Dalam hal ini, orang dapat mengurangi gangguan kebisingan dengan menutup
telinga dengan jari, kapas, atau alat peredaran suara lainnya.
Sekarang sudah dapat dubuat suatu alat yang mampu
meredamkan suara secara selektif, tetapi hanya suara suara tertenu saja yang
direndamkan yaitu dengan memasang alat yang dapat memasukkan getar suara ke
dalam alat pendengar lewat tulang-tulang telinga. Getaran suara yang dimasukkan
itu merupakan getar suara tandingan sehingga bagi yang menggunakannya suara
bising dapat tidak terdengar lemah. Sedangkan suara-suara lai masih terdengar
seperti biasa. Setiap masuk kelingkungan bising, alat harus disetel untuk membandingkan
suara tandingan yang cocok.
2.4
Ciri-ciri
Makhluk Hidup
1. Memerlukan
Makanan
Setiap
makhluk hidup tentu membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Tapa makanan dan
minuman kita tidak bisa bertahan hidup. Sumber energi yang ada di dalam tubuh
kita adalah makanan. Ibaratnya adalah sepeda motor tanpa bensin tentu tidak
bisa jalan.
2. Bernafas
Makhluk
hidup seperti bakteri, tumbuhan, manusia, dan hewan bernafas sesuai dengan alat
pernafasannya masing-masing. Misalnya, manusia bernafas dengan paru-paru, dan
ikan bernafa dengan insang.
3.
Bergerak
Bergerak
terbagi enjadi dua, yaitu bergerak aktif dan bergerak pasif. Untuk bergerak
aktif, contohnya adalah manusia berjalan, tangan naik turun, dan sebagainya.
Sedangkan gerak pasif, ini terjadi pada tumbuhan.
4.
Tumbuh
Kita
sendiri dilahirkan oleh ibu kita dari bayi, kemudian tumbuh menjadi balita,
tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dan dewasa. Begitu pula denga makhluk hidup
lain.
5.
Berkembang Biak
Salah
satu tujuan makhluk hidup berkembang biak adalah untuk mempertahankan jenis
atau keluarganya.
6.
Peka terhadap Rangsangan
Makhluk
hidup seperti tumbuhan akan tumbuh menanggapi rangsang cahaya matahari, jadi
tumbuhnya adalah kearah matahari. Contoh lainnya misal tangan kita yang
merasakan panas jika didekatkan dengan api.
7.
Mampu Beradaptasi
Sebagai
contoh kita pada waktu pergi kedaerah pegunungan yang dingin maka tubuh kita
banyak memproduksi hemoglobin. Oleh karena itu, pipi kita akan terlihat
kemerah-merahan.
8.
Mengeluarkan Zat Sisa
Sebagaimana
makhhluk hidup memerlukan makanan, ada input pasti ada output. Jika ada yang
dimasukan, pasti ada yang dikeluarkan.
2.5
Keanekaragaman
Makhluk Hidup
1.
Penyebab Keanekaragaman
Mahluk Hidup
Keanekaragaman makhluk hidup
terjadi oleh adanya mekanisme evolusi. Evolusi merupakan Perubahan makhluk
hidup dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks dan bervariasi
terjadi karena DNA mengalami perubahan kode genetik (mutasi). Kode genetik yang
paling sesuai dengan keadaan lingkungan akan mendapatkan peluang ang lebih
besar untuk berkembang.
Organisme yang dapat
bertahan hidup di lingkungan tertentu disebut dengan adaptasi. Makhluk hidup
yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya dapat mengembangkan
populasinya, sedangkan yang tidak mampu beraptasi akan punah. Inilah yang
disebut dengan seleksi alam (natural selection).
2.
Klasifikasi Keanekaragaman Makhluk Hidup
a. Sejarah Klasifikasi Makhluk Hidup
Klasifikasi adalah suatu
cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi
menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun
hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun
hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya
yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan
oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl
Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal
pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus
tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel
sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi
dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus
ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah
bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.
Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah:
a) Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang
dimiliki,
b) Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya
dengan makhluk hidup dari jenis lain,
c) Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup,
d) Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum
memiliki nama.
Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia,
antara lain:
a) Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang
sangat beraneka ragam,
b) Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antar
jenis makhluk hidup,
c) Klasifikasi memudahkan komunikasi Para ahli biologi masih
menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang
diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah.
Ada tiga
tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.Pencandraan
(identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau mendeskripsi
ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.Pengelompokan, setelah
dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian dikelompokkan dengan makhluk
hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri
serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang disebut takson. Pemberian nama
takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama untuk memudahkan kita
dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.
b. Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup
Dalam klasifikasi makhluk
hidup yang jumlahnya banyak dan beranekaragam dipilah dan dikelompokkan.
Kelompok-kelompok tersebut disebut dengan takson. Jadi, takson merupakan tingkatan
dalam klasifikasi.
Contoh tingkatan takson dalam klasifikasi tumbuhan dan hewan
antara lain :
Kingdom Plantae Kingdom Animalia
1) Divisi (division) Filum (fhylum)
2) Kelas (classis) Kelas
3) Bangsa (ordo) Ordo
4) Suku (familia) Familia
5) Marga (genus) Genus
6) Jenis (spesies) Spesies
Sebagai
contoh kucing hutan dan kucing rumah memiliki ordo yang sama, yaitu karnivora.
Seluruh karnivora mempunyai kesamaan struktur dan fungsi gigi. Dua hewan
tersebut memiliki kelas yang sama, yaitu mamalia. Mamalia memiliki rambut
penutup tubuh dan menyusui anaknya.Fillum chordata adalah tingkat takson yang
lebih besar dimana kedua kucing tersebut masuk di dalamnya bersama dengan hewan
lain yang mempunyai tulang belakang. Tingkat takson yang paling tinggi adalah
kingdom Animalia, yang mencangkup semua jenis Hewan.
c. Klasifikasi Berdasarkan Struktur
Klasifikasi ini berdasarkan
pada kerangka molekuler dari senyawa yang bersangkutan. Menurut sistem ini, ada
4 kelas yaitu:
a) Senyawa alifatik rantai terbuka atau lemak dan minyak.
Contoh:
asam-asam lemak, gula, dan asam-asam amino pada umumnya
b) Senyawa alisiklik atau sikloalifatik
Contoh:
terpenoida, steroida, dan beberapa alkaloida
c) Senyawa aromatik atau benzenoid
Contohnya: golongan fenolat dan golongan kuinon
d) Senyawa heterosiklik
Contoh:
alkaloida, flavonoida, golongan basa asam inti
Karena
klasifikasi ini hanyalah superfisial, maka tidak mengherankan jika suatu
senyawa organik bahan alam tertentu dapat dimasukkan kedua kelas berlainan.
Contohnya: geraniol, farsenol, dan skualen, termasuk kelas senyawa alifatik
rantai terbuka, timol termasuk senyawa aromatik. Namun, keempat senyawa
tersebut merupakan anggota dari kelas terpenoida dan steroida.
d. Klasifikasi
Berdasarkan Sifat Biokimia dan Persebarannya
1) Sistem Dua Kingdom, Sistem dua kingdom pertama kali dikemukakan
oleh Aristoteles (Yunani). Dalam sistem ini makhluk hidup dibagi menjadi
kingdom Plantae dan Animalia. Kingdom Plantae (kerajaan tumbuhan), meliputi
berbagai makhluk hidup yang mempunyai ciri berdinding sel dan berklorofil.Yang
termasuk ke dalam kingdom ini adalah bakteri, jamur, ganggang, paku, dan
tumbuhan berbiji. Kingdom Animalia (kerajaan hewan), meliputi berbagai makhluk
hidup yang memiliki ciri tidak berdinding sel dan idak memiliki klorofil. Yang
termasuk ke dalam kingdom ini adalah Protozoa, Porifera, Coelenterata,
Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata.
2) Sistem Tiga Kingdom, Klasifikasi tiga kingdom membagi makhluk
hidup menjadi Kingdom Monera, Plantae, dan Animalia. Kingdom Monera, yaitu
kelompok makhluk hidup yang memiliki ciri tersusun dari satu atau banyak sel
dan belum memiliki membran inti. Yang termasuk ke dalam kingdom ini adalah
bakteri dan ganggang hijau-biru.Kingdom Plantae, adalah kelompok tumbuhan yang
meliputib jamur, lumut, paku, dan tumbuhan biji. Kingdom Animalia, adalah
kelompok hewan yang terdiri dari Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata. Namun demikian ada juga yang
mengembangkan klasifikasi tiga kingdom yang berbeda. Misalnya Haeckel pada
tahun 1866 mengusulkan makhluk hidup dikelompokkan menjadi tiga kingdom yaitu
Protista, Plantae, dan Animalia.
Kingdom
Protista adalah kelompok makhluk hidup yang tersusun atas satu atau banyak sel,
memiliki membran inti, dan memiliki organel. Yang termasuk ke dalam kingdom ini
adalah Protozoa, ganggang, dan jamur. Sehingga Kingdom Plantae hanya terdiri
dari lumut dan tumbuhan berpembuluh.
3) Sistem Empat Kingdom, Sistem empat kingdom terdiri dari Kingdom
Monera, Fungi, Plantae, dan Animalia. Kingdom Monera terdiri dari bakteri dan
ganggang hijau-biru. Kingdom Fungi dipisahkan dari Plantae karena tidak
mempunyai klorofil walaupun sama-sama mempunyai dinding sel. Sedangkan Kingdom
Animalia meliputi berbagai hewan seperti dalam sistem tiga kingdom.
4) Sistem Lima Kingdom Pencetus klasifikasi sistem lima kingdom
adalah Robert H. Whittaker, seorang ahli biologi Amerika Serikat pada tahun
1969. Dalam klasifikasi ini Whittaker mengelompokkan makhluk hidup dalam
Kingdom Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Kingdom baru yang
ditambahkan, yaitu Protista meliputi berbagai jenis makhluk hidup uniseluler
maupun multiseluler yang menyerupai jamur, tumbuhan, dan hewan namun tidak
dapat dikelompokkan ke dalam Kingdom Fungi, Plantae, dan Animalia.
Disamping menggunakan ciri
fisik hewan ilmuan saat ini meneliti atau menguji DNA hewanhewan untuk
pengklasifikasian.
a.
Sistem Penamaan
Orang yang berjasa dalam
pemberian nama ilmiah untuk jenis makhluk hidup ini adalah Carolus Linnaeus.
Cara pemberian nama itu disebut binomial nomenklatur atau tata nama binomial.
Binomial Nomenklatur adalah penamaan dengan dua kata latin atau yang dilatinkan.
Aturan tata nama tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kata pertama adalah genusnya dan kata kedua adalah petunjuk
jenisnya.
2. Huruf pertama nama genus menggunakan huruf besar, sedangkan huruf
pertama penunjuk jenis menggunakan huruf kecil.
3. Nama genus dan petunjuk jenis harus digaris bawahi secara terputus
atau dicetak dengan huruf miring.
b. Kunci Dikotomi
Menurut Rifai (1976),
berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka dikenal tiga macam kunci determinasi, yaitu
kunci perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Yang akan dibahas di sini
adalah kunci analisis. Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum
digunakan dalam pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab
terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau
adakalanya beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi cirri ciri yang
bertentangan satu sama lain.
Untuk memudahkan pemakaian
dan pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan penuntunnya ditandai
dengan huruf. Pemakai kunci analisis harus mengikuti baitbait secara bertahap
sesuai dengan yang ditentukan oleh penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri
yang tercantum dalam penuntun-penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu
kemungkinan dan kita dituntun langsung pada nama takson yang dicari.
Kunci analisis dibedakan
menjadi dua macam berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik
(kunci indent) dan kunci paralel. Pada kunci bertakik maka penuntun penuntun
yang sebait ditakikkan pada tempat tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak
tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di antara kedua penuntun itu
ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi
dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun pertama, juga dengan penuntun-penuntun
yang dipisah berjauhan. Dengan demikian maka unsure-unsur takson yang mempunyai
ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus. Penuntun-penuntun
kunci parallel yang sebait ditempatkan secara berurutan dan semua baitnya
disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir setiap penuntun diberikan nomor
bait yang harus diikuti, dan demikian seterusnya sehingga akhirnya diperoleh
nama takson tumbuhan yang dicari. Kunci paralel lebih menghemat tempat,
terutama kalau takson tumbuhan yang dicakupnya besar sekali. Buku Flora of Java
yang ditulis oleh Backer dan Backuizen van den Brink semuanya ditulisdalam
bentuk kunci paralel.
2.6
Biogeografi
Salah satu cabang geografi adalah “biogeografi” atau
“geografi biologi”. Biogeografi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebaran secara spesial makhluk hidup
pada saat yang lalu dan saat ini. Untuk tujuan praktis sesuai dengan pembagian
makhluk hidup menjadi tumbuhan dan hewan, biogeografi pada umumnya dibagi atas
“geografi tumbuhan” (fitogeografi) dan “geografi hewan” (zoogeografi).
Fitogeografi dan Zoogeografi adalah bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi
yang mempelajari studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di
bumi termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor fisik,
iklim atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.
Biogeografi merupakan cabang dari biologi yang
mempelajari makhluk hidup dan geografi, dalam penyebaran atau distribusi
makhluk hidup di bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran
makhluk hidup dibedakan atas penyebaran hewan dan tumbuhan. Pengetahuan
biogeografi erat kaitannya dengan klimatologi dan paleontologi.
Biogeografi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu. Biogeografi yaitu bidang ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan bumi. Cabang keilmuan ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya. Ilmu tidak hanya mempertanyakan Spesies apa? dan Dimana?, tapi ia juga mempertanyakan Mengapa? dan terkadang Mengapa tidak? Pola penyebaran spesies pada tingkatan ini dapat dijelaskan melalui gabungan faktor-faktor keturunan seperti spesifikasi, kepunahan, continental drift, glaciation (yang berhubungan juga dengan tinggi dari permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait), serta river capture dan ketersediaan sumber daya alam.
Biogeografi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu. Biogeografi yaitu bidang ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan bumi. Cabang keilmuan ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya. Ilmu tidak hanya mempertanyakan Spesies apa? dan Dimana?, tapi ia juga mempertanyakan Mengapa? dan terkadang Mengapa tidak? Pola penyebaran spesies pada tingkatan ini dapat dijelaskan melalui gabungan faktor-faktor keturunan seperti spesifikasi, kepunahan, continental drift, glaciation (yang berhubungan juga dengan tinggi dari permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait), serta river capture dan ketersediaan sumber daya alam.
Studi tentang penyebaran spesies menunjukkan bahwa
spesies-spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar ke
berbagai daerah. Organisme tersebut mengadakan diferensiasi selanjutnya menjadi
subspesies baru dan spesies yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya. Salah
satu dasar mempelajari biogeografi adalah bahwa setiap hewan dan tumbuhan
muncul atau mengalami evolusi sekali saja pada masa lampau. Suatu tempat
tertentu asal suatu jenis disebut pusat asal usul.
Orang yang pertama kali mengemukakan adanya hubungan
antara makhluk hidup dengan daerah / wilayah tertentu di permukaan bumi adalah
Alfred Russel Wallace. Pada tahun 1800-an ia menerbitkan buku yang
mengungkapkan adanya pola penyebaran makhluk hidup di bumi. Wallace membagi
bumi menjadi 6 wilayah biogeografi karena masing-masing wilayah memiliki
tumbuhan dan hewan yang khas dan unik. Setiap wilayah geografis tersebut
memiliki rintangan berupa kondisi alam sebagai hasil dari penyatuan atau
pemisahan benua pada masa silam. Akibat dari adanya rintangan tersebut, makhluk
hidup terhalang dan tidak dapat melakukan penyebaran ke daerah di seberangnya.
Wallace sejak tahun 1858 telah menyadari
perubahan-perubahan geologi yang terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah ini
dan implikasinya kepada penyebaran fauna. Ilmu Biogeografi lahir di
Indonesia, oleh Wallace, ketika ia menulis sebaris kalimat kepada Henry
Bates, “I believe the western part to be a separaed portion of continental
Asia, the eastern the fragmentay prolongation of a former Pacific continent.”
(Alfred Russel Wallace, 1858).
Tahun 1910, tiga tahun sebelum Wallace meninggal,
dalam bukunya “The World of Life” (Chapman and Hall, London), Wallace
menggeser garisnya di sektor Sulawesi lebih ke timur lagi sebab di Sulawesi
Barat masih cukup dominan ditemukan fauna-fauna Asia. Dari
penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh ahli2 fauna dan flora
ditemukan bahwa Garis Wallace ini tidak pernah tegas, tetapi dapat
bergeser-geser ke timur atau barat di Sulawesi; tetapi jelas meyakinkan bahwa
Sulawesi adalah wilayah pertemuan sekaligus perbatasan zone-zone biogeografi.
Konsep Garis Wallace ini mengesankan para ahli
biogeografi sebab penyebaran flora pun mengikutinya. Flora-flora pegunungan di
Sulawesi Barat mirip flora pegunungan di Kalimantan dan Jawa, sedangkan flora
di tanah yang berasal dari lapukan batuan ultrabasik d Sulawesi bagian timur
ternyata mirip flora Papua yang juga tumbuh di tanah hasil lapukan batuan
ultrabasik. Ahli flora terkenal zaman Hindia Belanda, van Steenis pada
tahun 1972 meneliti flora pegunungan Sulawesi dan membaginya sebagai flora asal
lokal (autokton) dan flora asal luar (alokton).
Edwards
(1964) berpendapat, kajian biogeografi mestilah meliputi pengetahuan tentang proses-proses pedogenik
(tanah-tanih), jenis-jenis tanih dan keadaan cuaca kerana tumbuh-tumbuhan tidak
boleh dikaji berasingan daripada tanih di mana ia tumbuh. Begitu juga
dengan kepentingan manusia yang merubah tanih dalam pelbagai aktiviti yang
mereka jalankan. Dalam biogeografi, kajian
tanah juga boleh dilakukan seperti kajian mengenai bentuk guna tanah (landforms).
Di samping itu, kita juga boleh mengkaji mengenai pembentukan bahan-bahan
organik di dalam formasi tanah.
Jika dilihat dari dimensi waktu maka konsep bioregion
juga dikembangkan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan suatu daerah. Di
Amerika Utara misalnya, pemerintah Kanada dan Amerika Serikat pada tahun 1996
telah mengeluarkan definisi Bioregion yang diadaptasi dari The Bioregional
Association of North Americas (BANA).
Definisi
bioregion ini mencakup :
·
penemuan, pemahaman, restorasi dan pemeliharaan sistem
alam lokal;
·
pembangunan dan penerapan cara-cara praktis
berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia;
·
mendukung pembangunan budaya baru berdasarkan situasi
hakikat fenomena suatu daerah (biogeography).
Biogeografi berguna dalam mengetahui dan menentukan
faktor yang menyebabkan atau membatasi penyebaran suatu jenis makhluk hidup.
Faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya varietas baru merupakan pengetahuan
dasar untuk memahami terjadinya species baru. Jika dua individu yang mempunyai
varietas suatu species tertentu menghuni dua tempat yang berbeda tidak
memungkinkan dapat melakukan hubungan reproduksi, mereka akan mengalami
perubahan-perubahan dan akhirnya menjadi dua species yang berbeda, misalnya,
munculnya berbagai species burung Finch di kepulauan Galapagos, diperkirakan
nenek moyangnya berasal dari daratan Amerika.
2.7
Persebaran
Makhluk Hidup
Menurut Rifai (1976),
berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka dikenal tiga macam kunci determinasi, yaitu
kunci perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Yang akan dibahas di sini
adalah kunci analisis. Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum
digunakan dalam pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab
terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau
adakalanya beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi cirri ciri yang
bertentangan satu sama lain.
Untuk memudahkan
pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan
penuntunnya ditandai dengan huruf. Pemakai kunci analisis harus mengikuti
baitbait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh penuntun. Dengan
mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam penuntun-penuntun itu akhirnya
hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita dituntun langsung pada nama takson
yang dicari.
Kunci analisis
dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci
bertakik (kunci indent) dan kunci paralel. Pada kunci bertakik maka penuntun
penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat tertentu dari pinggir (menjarak
pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di antara kedua
penuntun itu ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke
tengah lagi dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun pertama, juga dengan
penuntun-penuntun yang dipisah berjauhan. Dengan demikian maka unsure-unsur
takson yang mempunyai ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa terlihat
sekaligus. Penuntun-penuntun kunci parallel yang sebait ditempatkan secara
berurutan dan semua baitnya disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir
setiap penuntun diberikan nomor bait yang harus diikuti, dan demikian
seterusnya sehingga akhirnya diperoleh nama takson tumbuhan yang dicari. Kunci
paralel lebih menghemat tempat, terutama kalau takson tumbuhan yang dicakupnya
besar sekali. Buku Flora of Java yang ditulis oleh Backer dan Backuizen van den
Brink semuanya ditulisdalam bentuk kunci paralel.
Faktor
yang Mempengaruhi Persebaran Organisme/Makhluk Hidup
1. Lingkungan
Dua
faktor lingkunganutama yang berpengaruh terhadp persebaran makhluk hidup adalah
faktor abiotik/tidak hidup (daratan, perairan, dan lintang geografis) dan
biotik/ higup (tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme)
2. Sejarah
Geologi
Saat
dunia masih bersatu dalam bentuk Pangaea, kira-kira 200 juta tahun lalu,
suatu spesies berada dalam pada daerah dan bentuk yang sama. Kemudian seiring
berjalannya waktu benua-benua mulai memisahkan diri.
3. Penghambat
Fisik
Faktor
penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi
geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier),
dan penggentingan daratan (isthmus).
BAB
3
PENUTUP
3.1
Simpulan
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragam makhluk hidup disebut dengan keanekaragaman hayati. Makhluk hidup adalah suatu organisme yang dapat mempertahankan
dirinya dari berbagai perubahan lingkungan dan dapat berkembangbiak untuk melestarikan
jenisnya.Makhluk hidup merupakan
suatu subtansi zat yang dapat menjadi proses kehidupan. Makhluk hidup mempunyai
ciri-ciri seperti: bergerak, melakukan metabolisme, mempertahankan
jenisnya/hidupnya, tanggap terhadap rangsang, memerlukan makanan, bernafas,
tumbuh, berkembang biak, peka terhadap rangsangan, mampu beradaptasi, dan
mengeluarkan zat sisa. Adapun faktor yang mempengaruhi persebaran
organisme/makhluk hidup yaitu lingkungan, sejarah geologi, dan penghambat
fisik.
3.2
Saran
Penulis berharap agar makalah ini bisa menambah wawasan
bagi pembacanya tentang keanekaragam makhluk hidup dan pesebarannya. Harapan yang paling utama yaitu bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan tumbuhan dan hewan yang ada di bumi ini, terlebih yang ada di sekitar lingkungan kita, dengan begitu keanekaragam makhluk hidup akan terjaga pelestariannya.
hai kak aku ijin ngambil buat dijadikan ppt untuk tugas yang sama
BalasHapusIya Kak, silahkan..😊
BalasHapus