Kamis, 13 Juli 2017

Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya



MAKALAH
KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DAN PERSEBARANNYA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas  mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar
oleh dosen Yanto Heryanto, S.Sos., M.Si.

Disusun oleh:
NURHALIMAH (116040158)
FARIZ GIFARI AKBAR (116040159)
INA ROSDIANA (116040160)

Hasil gambar untuk logo unswagati fakultas ekonomi


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2017





KATA PENGANTAR

            Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan beribu nikmat sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keanekaragaman Makhluk Hidup dan Persebarannya” tepat pada waktunya.
            Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar, makalah ini berisi tentang pengertian makhluk hidup, asal mula kehidupan, ciri-ciri makhluk hidup, keanekaragaman makhluk hidup, biogeografi, dan persebaran makhluk hidup.
Ucapan terima kasih Kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu Kami dalam menyusun makalah ini, sehingga Kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan semaksimal mungkin.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, dengan adanya kekurangan tersebut Kami senantiasa bersedia menerima dengan lapang dada semua kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi mereka yang membaca. Aamiin.


Cirebon,     April 2017



Penulis






                                                 DAFTAR ISI                  

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................... .................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.............................................................................. .................. 1
1.2  Rumusan Masalah.......................................................................... .................. 1
1.3  Tujuan Penulisan............................................................................ .................. 2
1.4  Manfaat Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Makhluk Hidup........................................................... .................. 3
2.2  Asal Mula Kehidupan.................................................................... .................. 4
2.2.1   Berbagai Pendapat tentang Asal Mula Kehidupan................................. 4
2.2.2   Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup............................... .................. 11
2.2.3   Perbedaan Makhluk Hidup dengan Benda Mati.................. .................. 12
2.3  Polusi dan Pencemaran.................................................................. .................. 15
2.4  Ciri-ciri Makhluk Hidup................................................................ .................. 20
2.5  Keanekaragaman Makhluk Hidup................................................. .................. 21
2.6  Biogeografi.................................................................................... .................. 26
2.7  Persebaran Makhluk Hidup.............................................................................. 29

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.......................................................................................................... 34
3.2 Saran............................................................................................. .................. 34
DAFTAR PUSTAKA






BAB 1
PENDAHULUAN
1.1             Latar Belakang
Makhlukhidup di dunia ini sangatlah beragam jenisnya, baik itu tumbuhan maupun hewan. Di lingkungansekitar, kita dapat menemui berbagai jenis makluk hidup, seperti berbagai jenis hewan misalnya; ayam, semut, sapi, dan sebagainya, berbagai jenis tumbuhan misalnya jeruk, mangga, pisang, dan tumbuhan lainnya yang ada disekitar kita. Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup yang disebut dengan keanekaragaman hayati.
Dari berbagai makhluk hidup yang banyak jenisnya, para peneliti mengklasifikan makhluk hidup ini. Adanya klasifikasi makhluk hidup ini dikarenakan adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi, anantomi, dan tingkah laku. Kegiatan pengklasifikasian makhluk hidup dilakukan bertujuan untuk mempermudah manusia dalam mengenal berbagai jenis hewan dan tumbuhan, juga mempermudah untuk memberikan penamaan terhadap suatu individu.
Keanekaragam meliputi variasi bentuk, ukuran, warna, dan sifat-sifat dari makhluk hidup. Salah satu penyebab terjadinya keanekaragaman makhluk hidup yaitu oleh adanya mekanisme evolusi.
Makhluk hidup dari waktu ke waktu terus berkembang dan tersebar dimana-mana. Sebagai sesama makhluk hidup kita perlu mengetahui apa dan bagaimana keaekaragaman makhluk hidup yang ada di sekitar, karena itu perlu adanya pembahasan masalah keanekaragam makhluk hidup dan persebarannya untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang keanekaragam makhluk hidup yang ada.

1.2             Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud keanekaragaman makhluk hidup?
2.    Bagaimana ciri-ciri dari makhluk hidup?
3.    Bagaimana pengklasifikasian makhluk hidup?
4.    Bagaimana persebaran dan sejarah dari perkembangan makhluk hidup?
1.3             Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah tersebut dapat disimpulkan tujuan dari makalah ini adalah:
1.    Untuk mengetahui keanekaragaman makhluk hidup.
2.    Untuk mengetahui ciri-ciri dari makhluk hidup.
3.    Untuk mengetahui pengklasifikasian makhluk hidup.
4.    Untuk mengetahui persebaran dan sejarah dari perkembangan makhluk hidup.

1.4   Manfaat Penulisan
Manfaat dari adanya makalah ini yaitu:
1.    Untuk menambah wawasan tentang keanekaragam makhluk hidup dan persebarannya.
2.    Dapat menjelaskan tentang keanekaragaman makhluk hidup dimulai dari pengertian makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup sampai sejarah dari perkembangan makhluk hidup itu sendiri.






BAB 2
PEMBAHASAN
2.1             Pengertian Makhluk Hidup
Makhluk hidup adalah suatu organisme yang dapat mempertahankan dirinya dari berbagai perubahan lingkungan dan dapat berkembangbiak untuk melestarikan jenisnya. Dalam dunia biologi yang termasuk ke dalam golongan makhluk hidup adalah mikroorganisme seperti; bakteri, tumbuhan, hewan, dan manusia.
Berikut adalah pengertian makhluk hidup menurut para ahli:
1.    Helena Curtis
Pengertian Makhluk Hidup menurut Helena Curtis (1975) adalah sesuatu yang bisa memanfaatkan energi dari lingkungannya dan merubahnya dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain, dapat beradaptasi dengan lingkungannya, bisa merespon bila ada rangsangan, bersifat homeostatis, kompleks dan terorganisir dengan baik, dapat bereproduksi atau berkembang biak serta dapat tumbuh dan berkembang.
2.    Kimball
Pengertian makhluk hidup menurut Kimball (1983) adalah sesuatu yang memiliki lima cirri, yaitu dapat berevolusi, responsif, dapat bereproduksi, dapat melakukan metabolism, dan bersifat rumit.
3.    Dwijoseputro
Pengertian makhluk hidup menurut Dwijoseputro (1998) adalah adalah sesuatu yang dapat melakukan metabolisme, dapat melakukan gerak, dapat tumbuh, dapat bereproduksi, dan responsif.
4.    Menurut New Mexico Tech
Semua makhluk hidup menampilkan tujuh karakteristik kehidupan, yaitu terdiri dari sel-sel, secara kompleks terorganisir, mengambil energi dan menggunakannya tidak hanya untuk merespon lingkungan, tetapi juga untuk tumbuh dan mempertahankan dirinya, memiliki kemampuan untuk mereproduksi, dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.



2.2    Asal Mula Kehidupan
2.2.1   Berbagai Pendapat tentang Asal Mula Kehidupan
Sebelum abad ke-17, para ahli menganggap bahwa makhluk hidup terjadi dengan sendirinya dari makhluk tak hidup. Anggapan ini disebut teori generatio spontanea atau abiogenesis. Pendapat ini begitu ekstrem, misalnya kecebong berasal dari lumpur, ulat berasal dari bangkai, bahkan gandum dapat menjadi tikus hanya dalam waktu satu malam.
Dengan terjadinya renaissance, mulailah timbul paham baru Francesco Redi (1626-1697), ahli biologi dari Italia, dapat membuktikan bahwa ulat pada bangkai berasal dari telur lalat, yang meletakkan telurnya dengan sengaja. Dari berbagai percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan peristiwa yang serupa. Ia mengemukakan pendapat bahwa kehidupan berasal dari telur atau comne vivum ex ovo.
Lazzaro Spallanzani (1729-1799), juga ahli Biologi dari Italia, dengan eksperimen terhadap kaldu dapat membusukkan kaldu itu. Apabila kaldu ditutup rapat setelah mendidih maka tak terjadi pembusukan. Ia mengambil kesimpulan, bahwa untuk adanya telur harus ada jasad hidup atau Omne ovum ex vivum.
Louis Pasteur (1822-1895), sarjana Prancis, melanjutkan teori Spallanzani, dengan eksperimen berbagai jasad renik. Ia mendukungnya, meskipun banyak yang menentang. Kemudian, menarik kesimpulan bahwa harus ada kehidupan sebelumnya agar tumbuh kehidupan baru atau omne vivum ex vivum. Timbullah teori biogenesis, sedangkan teori abiogenesis rupa-rupanya telah terkalahkan. Akan tetapi asal mula kehidupan masih menjadi bahan pemikiran para ilmuan.
Hampir semua para ahli biologi sependapat bahwa sal mula kehidupan terjadi di bumi ini, tidak di luar bumi. Mereka menemukan makhluk hidup bersel satu sebagai asal mula kehidupan. Kemudian terjadi evolusi organik menjadi organisme bersel banyak, Porifera-Coelentera-Vermes-Echinoderma-Mollusca Arthropoda Vertebrata, dan Manusia paling akhir.
Oparin (1938), Sarjana Rusia, mengemukakan hipotesis bahwa ada makhluk peralihan dari makhluk tak hidup ke makhluk hidup. Hipotesis ini berdasarkan penelitian ahli lain di bidang Ilmu Kimia. Kita telah mengetahui bahwa tubuh organisme 99% terdiri dari senyawa Karbon, Hidrogen, Oksigen dan Nitrogen. Seorang ahli kimia Harold Urey (1893) di Amerika Serikat, mengemukakan pendapat bahwa atmosfer bumi suatu waktu pernah mengandung banyak CH4 (Metana), NH3 (Amonia), H2 (Hidrogen), dan H2o (Air) dalam bentuk gas. Zat tersebut sangat mungkin bergabung membentuk ikatan organik, dimana kehidupan biasanya berlangsung. Pendapat ini, kemudian terkenal dengan teori Urey. Seorang murid Urey, bernama Stanley Miller (1953) berhasil membuat model alat laboratorium yang sederhana untuk membuktikan teori Urey. Ia masukkan gas tersebut ke dalam alat itu, kemudian dibuat loncatan listrik bertegangan tinggi. Hasilnya sungguh menakjubkan, setelah dianalisis ternyata diperoleh zat organik berupa gula, purin, pyrimidin, asam amino, dan senyawa lainnya. Zat itu merupakan komponen ikatan DNA (deoxyribo nucleic acid) dan RNA (ribose nucleic acid), yaitu protein inti, yang biasanya membentuk virus.
Eksperimen tersebut mengingetkan kita bahwa sinar matahari menyebabkan terjadinya muatan listrik di atmosfer. Apabila muatan listrik besar akan menimbulkan loncatan listrik, yang kita namakan petir, baik besar maupun kecil. Karena di alam bebas dapat terjadi senyawa kimia, seperti dalam eksperimen Stanley Miller dan tentunya juga menyokong teori Urey. Peristiwa petir terjadi jutaan kali setiap hari. Tentunya ikatan-ikatan kimia organik tersebar di seluruh pelosok muka bumi. Para ahli kimia sepakat bahwa di alam selalu terdapat kecenderungan penggabungan berbagai senyawa sehingga makin kompleks struktur molekulnya.
Weisz (1961) melanjutkan hipotesis Oparin, disertai bekal teori Urey yang telah diuji kebenarannya o;eh Miller. Menurut Weisz, penggabungan senyawa kimia itu terus bergabung menjadi molekul-molekul yang lebih besar dan kompleks. Salah satu ikatan yang banyak itu terbentuk asam nuklein, yang terdiri dari gula-fosfat-purin-pyrimidin-asam amino. Rantai ini cenderung untuk mengikat mata rantai dari sekitarnya sehingga terjadilah rantai dobel yang setangkup. Kemudian rantai yang satu melepaskan diri dari yang pertama dalam bentuk duplikat. Mulai dari sinilah, barangkali, jadi loncatan tingkah laku kimiawi dari sifat tak hidup. Pada waktu rantai tadi mengikat materi yang sama, bolehlah kita namakan reproduksi yang pertama, bila ia sebagai pemula kehidupan di bumi. Selanjutnya, terjadilah persaingan, maka rantai serupa itu perlu bergabung satu sama lain, membentuk rantai yang lebih panjang lagi. Apa hipotesis ini dapat bertahan maka terjawablah salah satu missinglink terbesar dalam evolusi organik.
a.    Virus
Apabila rantai senyawa gula-fosfat-purin-pyrimidin-asam amino itu makin panjang dan kompleks maka akan terbentuk DNA dan selanjutnya terbentuk virus. Penumu virus sejalan dengan ditemukannya mikroskop elektron oleh Knoll dan Ruska (Jerman, 1932). Mikroskop biasa yang menggunakan cahaya tak dapat dipakai untuk melihat virus, karena ukurannya sangat halus, kira-kira 10 sampai 30 milimikro. Berbagai jenis virus telah ditemukan. Bentuknya bermacam-macam, ada yang bulat, lonjong, seperti kubus atau batang. Sifatnya aneh, dapat dikristalkan sebagai zat kimia biasa, dapat pula ditanam dalam tumbuhan atau hewan, dan bertambah banyak. Mengenai pertambahan banyaknya, terdapat dua pendapat, yaitu:
1)        Virus melakukan reproduksi sebagaimana halnya makhluk hidup lain.
2)        Virus tak dapat memperbanyak diri, melainkan organisme tempat virus itu berada yang membentuk duplikat virus tersebut.
Dalam pengamatan, jelas virus itu menjadi lebih banyak. Sedangkan sebagaimana caranya belum diketahui dengan pasti. Percobaan untuk menumbuhkan virus dalam substrat buatan selalu gagal. Timbul dalam pikiran kita, kalau demikian virus merupakan makhluk transisi antara makhluk tak hidup ke makhluk hidup. Akan tetapi, terlalu cepat untuk berpendapat demikian.
Beberapa jenis virus menyebabkan berbagai penyakit, misalnya mozaik pada tembakau, tomat, mentimun, waluh, jipang, dan lain-lain. Pada manusia,misalnya campak, cacar, cacar air, influenza, polio, kutil, demam kuning, hepatitis dan lain-lain. Pada hewan, misalnya, anthrax, rabies, psitakosis, pes sapi, dan lain-lain.
b.    Bacteriophag
Adanya suatu zat hidup yang menyelinap ke dalam substansi serupa virus, yang kemudian menyebabkan kehidupan, selalu menjadi persoalan yang tak pernah habis. Akan tetapi, kenyataan adanya kehidupan tak terbantah.
Tingkat yang lebih tinggi derajatnya daripada virus adalah bacteriphag. Ia sudah boleh dianggap hidup sesungguhnya. Tidak dapat hidup dalam substat buatan. Tubuhnya terdiri dari rantai DNA yang dikelilingi protein. Dapat bereproduksi, hidupnya sebagai parasit yang menyerang bakteri dengan jalan membor tubuh bakteri. Ia berbuat demikian karena ukurannya jauh lebih kecil daripada bakteri, dan sedikit lebih besar daripada virus. Bentuknya seperti kendi dengan ukuran 30-20 milimikro.
c.    Rickettsia
Taraf makhluk hidup yang lebih tinggi dari bacteriophag adalah rickettsia. Ia sudah mempunyai RNA (Ribose Nucleic Acid), yaitu asam inti yang biasanya berada di luar inti sel pada organisme bertaraf tinggi. Ukurannya 0,3-0,5 mikron, sedemikian kecilnya sehingga tidak dapat disaring. Ia tak dapat berkemabang biak dalam medium yang tak hidup. Oleh karena itu, rickettsia masih memiliki sifat virus. Telah ditemukan rickettsia penyebab demam, cacar dan tifus.
d.   Bakteria
Bakteria merupakan mikroba yang sangat beragam dalam hal bentuk dan perilakunya. Ia digolongkan kepada tumbuhan karena berdinding tubuh yang tebal. Ukurannya 0,5-70 mikron, tergantung pada macam bakteria. Meskipun bakteria tidak memiliki inti sel, tetapi DNA dan RNA ada dalam tubuhnya. Ia dapat dibiakan dalam medium buatan. Bakteria sering digolongkan ke dalam ragi atau jamur, karena tidak memiliki hijau daun sehingga tidak dapat berfotosintesis. Jadi, kehidupannya tergantung kepada bahan organik yang sudah mati (saprofitis) atau menjadi parasit pada makhluk hidup lain. Pada umumnya, bakteria hidup subur pada suhu 20-35°C. Ada pula bakteria yang bertahan pada suhu 80°C, misalnya di sumber air panas vulkanik. Hampir semua proses pembusukan merupakan fenomena pembiakan. Dalam proses pembusukan, semua bahan organik hancur menjadi bahan organik hancur menjadi bahan anorganik. Oleh karena itu, bakteria disebut pula mikroba pengurai.
d.   Protozoa
Protozoa sering pula disebut hewan bersel, karena dinding tubuhnya sangat tipis dan berperilaku seperti hewan, dalam arti mobilitas dan cara makannya. Ukuran tubuhnya 20-100 mikron; memiliki inti sel yang masif dan tubuh kental yang dinamakan protoplasma. Protozoa ada yang hidup bebas di alam ada pula yang menjadi parasit. Ia dapat berbiak dengan cara membelah diri.
e.    Sel
Nama sel, pertama kalio dipakai oleh Robert Hook (1655) penemu mikrosop. Ia melihat ruang-ruang kecil ketika memeriksa irisan gabus sumbat botol. Sebuah ruang kososng yang hanya tampak dindingnya. Para peneliti setelahnya melihat bahwa dalam sel terdapat cairan sebagai lendir yang disebut protoplasma. Inilah bagian hidup. Pada irisan tubuh hewan tidak terdapat ruangan seperti itu. Akan tetapi, untuk menghormati penemunya maka terhadap satuan protoplasma yang hidup tetap disebut sel.        
Setiap sel pada umumnya terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:
1)   Inti sel (nukleus) tampak lebih masif. Di dalamnya terdapat serebut-serebut halus yang berfungsi sebagai penerus keturunan, untuk mempertahankan jenisnya, yang disebut kromosom. Tiap jenis organisme mempunyai jumlah kromosom yang tetap, misalnya manusia 46 atau23 pasang, kera rhesus 21 pasang, kucing 19 pasang, sapi 30 pasang, kuda 33 pasang, anjing 39 pasang, gandum 21 pasang, tomat 12 pasang, jagung 10 pasang, bawang 8 pasang dan lain-lain. Dalam kromosom terdapat titik-titk pembawa sifat keturunan yang sangat banyak dan disebut gen. Dari segi ilmu kimia, titik gen terdiri dari DNA. Pada lalat buah, dalam 4 pasang kromosom, telah ditemukan ±500 gen, pada manusia kira-kira 100.000 gen. Setiap cetak biru untuk suatu bangunan. Gen itulah yang bertanggung jawab terhadap sifat kelestarian. Sifat yang tercatat dalam kromosom disebut genotipe. Dalam pelaksanaan pertumbuhan dipengaruhi oleh keadaan sekitar, sehingga sifat sering berbeda dengan peta kromosom. Sifat inilah yang kita dapat amati di alam dan disebut fenotipe.
2)   Protoplasma sel atau sitoplasma adalah yang mengelilingi inti sel. Bagian ini bertanggung jawab terhadap peristiwa aktivitas hidup sehari-hari, misalnya metabolisme, makan, bernapas, peredaran darah, bergerak dan lain-lain.
f.     Reproduksi dan Perkembangan
Pada organisme bersel tunggal, segala kehidupan berlangsung dalam satu sel tersebut. Bereproduksi dengan jalan membelah diri menjadi dua. Mula-mula yang membelah adalah inti serta kromosomnya, baru diikuti oleh sitoplasmanya. Dari satu individu, lalu menjadi empat, delapan, dan seterunya. Dari pembelahan ke pembelahan berikutnya hanya berlangsung antara 20-60 menit. Sementara lahir sel-sel baru, maka satu demi satu kehilangan kemampuan untuk hidup.
Pada organisme bersel satu banyak, banyaknya sel sangat bervariasi, bilangan ratusan hingga miliaran, tergantung kepada jenisnya. Mereka pada umumnya dapat didiferensiasi dalam bagian-bagian tubuh dan fungsinya. Tiap bagian tubuh mempunyai fungsi tersendiri, tetapi tetap dalam kesatuan harmonis individu, semuanya dalam satu kontrol. Apabila karena sesuatu hal salah satu bagian tidak berfungsi sebagaimana mestinya akan berakibat buruk untuk bagian lain dalam individu itu. Mereka mempunyai bagian khusus untuk melaksanakan reproduksi. Bagian ini disebut alat kelamin, yaitu alat kelamin jantan dan betina. Kedua alat itu mungkin dimiliki oleh satu individu, yang disebut hermafroditisme. Apabila individu hanya memiliki alat kelamin jantan atau betina saja, disebut sifat gonochorisme.
Alat kelamin jantan menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa = sel mani), alat kelamin betina menghasilkan sel kelamin betina (ovum = telur). Sel mani dan telur masing-masing mempunyai inti dengan kromosom sel tubuh. Contoh, pada manusia sel mani dan sel tubuh mempunyai 46 kromosom.
Untuk melanjutkan keturunannya, suatu individu perlu mempertemukan sel mani dengan sel telur. Penggabungan ini disebut pembuahan (conseptio). Dari dua sel melebur menjadi satu sel zigot, dengan jumlah kromosom seperti induknya. Terleburlah sifat dari jantan dan dari betina di mana tiap kromosom mencari pasangan masing-masing.
Sel zigot ini membelah diri sebagaimana halnya individu bersel tunggal. Akan tetapi, semua sel melekat satu dengan yang lain merupakan awal perkembangan individu. Setiap fase pertumbuhan mengikuti pola tertentu sampai selesai proses diferensiasi. Pertumbuhan dilanjutkan dengan masa kecil, masa muda dan masa dewasa untuk bereproduksi dan menghasilkan keturunan. Setelah itu tugas alamiah selesai bagi sesuatu individu.
Perkembangan individu yang berbeda dengan uraian di atas, adalah fenomena partenogenesis, yaitu sel telur yang tidak mengalami pertumbuhan berkembang menjadi individu dewasa. Contohnya, pada lebah madu, hewan betina yang biasa disebut ratu, bertelur banyak dengan tiga kelompok telur, yaitu:
1)        Telur yang berisi zigot, kemudian berkembang menjadi individu jantan.
2)        Telur yang berisi zigot, kemudian berkembang menjadi individu betina tulen dan dapat menjadi ratu baru.
3)        Telur yang hanya berisi sel kelamin betina, tetapi dapat berkembang menjadi individu betina palsu, alat kelaminnya berubah menjadi alat penyangat beracun.
g.    Ekologi
Ekologi mempelajari interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu sistem di mana terdapat keseimbangan ekologis, dinamakan ekologis, dinamakan ekosistem. Contoh ekosistem adalah kolam, danau, hutan, padang rumput, akuarium yang baik, dan sebagainya. Di bumi ini, tak semua tempat layak untuk kehidupan manusia, tidak semua baik untuk kehidupan suatu makhluk hidup. Dalam ekologi terdapat komponen abiotik dan biotik.
1)        Komponen abiotik, misalnya tanah, udara, air, cahaya, dan suhu semuanya berpengaruh terhadap makhluk hidup dan saling memengaruhi di antara komponen abiotik itu sendiri.
2)        Komponen biotik adalah semua makhluk hidup yang ada di kawasan nonbiotik, yaitu:
a)    Produsen, kelompok makhluk hidup yang dapat menghasilkan zat organik dari zat anorganik dengan jalan fotosintesis.
b)   Konsumen, kelompok makhluk hidup yang makan zat organik yang telah dibentuk oleh produsen.
c)    Pengurai, adalah makhluk hidup yang menguraikan organisme mati menjadi zat anorganik. Kelompok ini biasanya bakteri dan berbagai jamur.
d)   Rantai makanan, adalah proses makanan yang dimakan. Contoh: jagung-tikus-ular-burung-manusia-bakteri-zat anorganik-dan seterusnya.

2.2.2   Sejarah Perkembangan Makhluk Hidup
Menurut suatu teori, organisme yang beraneka ragam saat ini adalah hasil dari proses evolusi kehidupan. Yang dimaksud dengan evolusi kehidupan yaitu suatu perubahan kehidupan, menjadi bentuk kehidupan yaitu suatu perubahan kehidupan, menjadi bentuk kehidupan lainnya melalui suatu proses yang perlahan-lahan dan mungkin memakan waktu ribuan bahkan jutaan tahun. Teori tersebut menyatakan bahwa organisme yang mula-mula ada di dunia berupa organisme bersel tunggal, dan organisme ini bersel dari agregasi molekul-molekul yang ada.
Yang menjadi persoalan kemudian adalah bagaimana mekanisme dasar sehingga organisme bersel tunggal tersebut sekarang berkembang menjadi organisme bersel banyak. Salah satu dugaan menyatakan bahwa biosfer, yaitu suatu dunia kehidupan di bumi kita ini merupakan sebuah sistem, sedangkan organisme yang merupakan komponennya menjadi suatu subsistem. Sebagai suatu subsistem organisme itu dibentuk oleh materi dan energi yang tersedia dalam biosfer.
Karena dalam biosfer berlaku hukum Termodinamika I dan II maka organisme itu akan mengalami perlakuan hukum tersebut.
a.    Hukum Termodinamika I
Di dalam biosfer tak ada energi yang hilang, jumlah energi itu tetap, yang berubah hanya bentuknya. Contohnya: energi listrik berubah menjadi energi mekanik berubah menjadi energi panas.
b.    Hukum Termodinamika II
Apabila suatu sistem dibiarkan berdiri sendiri, maka sistem tersebut cenderung untuk mengalami penguraian ke arah yang paling tidak teratur. Bertalian dengan hukum Termodinamika I dan II tersebut, organisme akan menjadi suatu jalur arus energi. Dalam tubuh organisme, energi akan mengalami perubahan bentuk dari satu macam bentuk ke bentuk lain. Dan selanjutnya, sebagai suatu sistem kalau dibiarkan begitu saja maka organisme akan cenderung ke arah kerusakan yang paling parah.
Akan tetapi, sebaliknya organisme sebagai suatu sistem akan mempertahankan diri dari perlakuan hukum tersebut. Organisme dapat mempertahankan diri dengan adanya kemampuan pelestarian  diri atau self perpetuation. Dan kemampuan ini adalah bagian dari proses evolusi.
Perkembangan yang lain, yaitu adanya suatu kerja sama antara organisme sehingga akan membentuk koloni. Dengan alasan yang sam pula terjadilah gejala perkembangan menuju ke arah pembentukan organisme bersel banyak. Hal ini ditambah pula dengan keharusan beradaptasi terhadap lingkungannya. Kemudian berkembanglah apa yang dinamakan organisme bersel banyak yang seperti halnya organisme multiseluler, organisme multiseluler ini berkembang menjadi beraneka ragam organisme lainnya.

2.2.3   Perbedaan Makhluk Hidup dengan Benda Mati
a.    Makhluk Hidup
Makhluk hidup merupakan suatu subtansi zat yang dapat menjadi proses kehidupan. Yang dimaksud dengan proses kehidupan atau ciri-ciri makhluk hidup anatara lain:
1)        Bergerak
Makhluk hidup dapat bergerak, baik berpindah tempat maupun pergerakan diri bagian-bagian tubuhnya. Sebagai contoh, kuda dapat berlari, burung dapat terbang, sedangkan ikan dapat berenang. Akan tetapi, gerakan yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan sangat terbatas, misalnya gerkan menutup daun Mimosa pudica atau putri malu ketika tersentuh kalau tersinggung, gerakan membuka dan menutupnya stomata, gerakan rotasi dan sirkulasi plasma sel.
2)        Metabolisme
Makhluk hidup melakukan metabolisme yang meliputi:
a)    Nutrisi, yaitu pengambilan zat-zat makanan dan sumber energi lain dari lingkungannya.
b)   Respirasi, yaitu menguraikan zat-zat nutrisi sehingga memperoleh energi.
c)    Sintesis, yaitu pembuatan zat-zat baru yang penting bagi kelangsungan hidup.
d)   Ekskresi, yaitu pengeluaran zat-zat yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh.
3)        Mempertahankan jenisnya/hidupnya
Makhluk hidup selalu berusaha untuk mempertahankan jenisnya agar tidak punah dari bumi, usaha tersebut meliputi:
a)         Regulasi, yaitu fungsi mengatur keserasian proses yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup.
b)        Reproduksi, yaitu kegiatan untuk tumbuh dari muda menjadi dewasa selanjutnya menjadi tua, dan sedikit menjadi banyak.
c)         Adaptasi, yaitu usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan tujuan selalu dapat mengikuti perubahan yang terjadi di lingkungan hidupnya.
d)        Evolusi, yaitu suatu perubahan kehidupan menjadi bentuk kehidupan lainnya melalui proses yang memakan waktu yang sangat panjang.
4)        Tanggap terhadap rangsang
Makhluk hidup merupakan substansi yang tidak menjalankan proses kehidupan. Ciri-ciri benda mati tentunya berlawanan dengan ciri-ciri makhluk hidup seperti yang telah dikemukakan di atas. Jadi, ciri-ciri benda mati antara lain:
b.    Benda Mati
Benda mati merupakan substansi yang tidak menjalankan proses kehidupan. Ciri-ciri makhluk hidup seperti yang telah dikemukakan di atas. Jadi, ciri-ciri benda mati antara lain:
1)        Tidak dapat bergerak
Benda mati tidak dapat bergerak, kecuali ada pengaruh luar. Batu bergerak karena pengaruh tenaga luar yang mengena pada batu tersebut.
2)        Tidak ada metabolisme      
Benda mati tidak ada kegiatan nutrisi, respirasi, sintesa maupun ekskresi.
3)        Tidak mempertahankan jenisnya
Benda mati tidak ada usaha untuk mempertahankan keberadaanya (eksistensinya). Jadi, benda mati tidak memiliki kegiatan regulasi, reproduksi, adaptasi maupun evolusi.
4)        Tidak ada tanggapan terhadap rangsang
Benda mati tidak mempunyai tanggapan terhadap rangsang yang diterimanya. Jadi, benda mati akan diam saja meskipun datang rangsang bertubi-tubi dari luar.
Dengan memahami ciri-ciri makhluk hidup dan benda mati seperti di muka, kita dapat membedakan antara makhluk hidup dan benda mati. Akan tetapi, bagi makhluk hidup yang sangat sederhana susunannya dan sangat kecil ukurannya, ciri-cir kehidupan tadi untuk dapat diamati begitu saja.
Dalam kehidupan sehari-hari dengan mudah kita dapat menyebut bahwa batu itu benda mai, sedangkan kucing adalah makhluk hidup. Mengapa kita bisa mengatakan hal tersebut? Hal ini tentu berdasarkan tanda-tanda yang dapat dipakai untuk membedakan antara benda mati dan makhluk hidup. Sifar-sifat umum yang dapat dipakai untuk membedakan antara keduanya adalah:
a)    Bentuk dan ukuran. Makhluk hidup mempunyai bentuk dan ukuran tertentu sedangbenda mati tidak, sebagai contoh batu ada yang sebesar butir pasir, tetapi ada pula sebesar gunung. Sedangkan makhluk hidup, misalnnya kucing, bentuk an ukurannya tertentu.
b)   Komposisi kimia. Makhluk hidup mempunyai komposisi kimia tertentu, yaitu terdiri dari unsur-unsur Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Belerang atau Sulfur (S), fosfor (P), dan sedikit mineral. Benda mati komposisi kimianya tidak tertentu.
c)    Organisasi. Setiap makhluk hidup terdiri dari sel-sel. Sel-sel ini membentuk jaringan, dan jaringan membentuk organ. Sistem organ membentuk proses hidup. Pada benda mati, susunannya merupakan hasil dari unsur pokoknya.
d)   Metabolisme. Pada makhluk hidup terjadi pengambilan dan penggunaan makanan, pernapassan (respirasi) sekresi dan ekskresi. Benda-benda mati tidak mengalami hal-hal ini tersebut.
e)    Iritabilitas. Makhluk hidup dapat memberikan reaksi terhadap perubahan sekitarnya, misalnya cahaya, gerakan, kelembaban dan suhu. Besarrnya reaksi tidak seimbang dengan besarnya aksi. Sebagai contoh, besi yang kena panas akan memuai sesuai dengan panas yang diterima.
f)    Reproduksi. Pada makhluk hidup terdapat kemampuan untuk bereproduksi, sedang benda mati tidak.
g)   Tumbuh dan mempunyai daur hidup. Setiap makhluk hidup mempunyai proses pertumbuhan dan mempunyai daur hidup, artinya mempunyai proses kelahirannya, tumbuh, dewasa, dan mati. Benda mati membesar karena pengaruh luar, seperti halnya pada kristal.
Hal-hal di atas merupakan perbedaan antara makhluk hidup dengan  benda-benda mati, dan bukan kriteria untuk menetapkan apakah sesuatu itu makhluk hidup atau benda mati.

2.3    Polusi dan Pencemaran
Pencemaran adalah keadaan yang akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup dan terganggunya kesehatan dan ketenangan hidup makhluk hidup. Terjadinya pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibat kemajuan teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup. Mengenai polutan menjadi dua, yaitu:
a)    Bersifat kuantitatif, yaitu terdiri dari unsur-unsur yang secara alamiah telah ada di dalam alam ini, tetapi jumlahnya semakin bertambah karena kegiatan manusia sehingga menyebabkan pencemaran, misalnya karbon dioksida, nitrogen, fosfor dan lain-lainnya.
b)   Bersifat kualitatif, yang terdiri dari senyawa-senyawa yang terjadi karena sengaja dibuat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi kurang bijaksana dalam penggunaannya, misalnya pestisida, detergen, pupuk dan lain-lain.    
Beberapa pencemaran yang perlu diketahui ialah pencemaran udara, air, tanah dan suara.
a.    Pencemaran Udara
Udara pada lingkungan yang tercemar oleh zat-zat polutan jelas tidak bersih lagi dan akan menjadi gangguan kesehatan bagi makhluk hidup (termasuk manusia) sekitarnya. Dengan kemajuan teknologi pada masa kini, polusi udara telah menimbulkan banyak kekhawatiran terutama di daereh-daerah industri,. Polutan dapat berupa gas, misalnya karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen oksida, hidro karbon, sulfur dioksida, dan hidrogen sulfida. Polutan juga dapat berupa butir-butir benda cair dan partikel-partikel padat. Semua polutan tersebut menyembur ke udara, terbawa angin dan menyebar di dalam atmosfer. Reaktor atom dan peledak bom atom menyebar debu radioktif yang merupakan polutan berbahaya ke mana-mana sampai ke tempat peledak yang jauh sekali. Dari hasil observasi cuaca, ternyata pencemaran udara dewasa ini tidak hanya di sekitar daerah industri dan tempat peledak bom atom, melainkan sudah menyebar mengotori seluruh atmosfer bumi kita.
Tindakan-tindakan mengatasi pencemaran udara:
1)   Mencegah terjadinya pencemaran, misalnya mesin kendaraan bermotor yang sudah tidak baik harus diservis supaya pembakaran bensin atau solar lebih sempurna, pabrik yang mengeluarkan gas pencemaran harus membuat cerobong yang sangat tinggi sehingga gas pencemar lekas dibaurkan angin dan mencapai konsentrasi tidak membahayakan. Pabrik yang mengeluarkan partikel pencemaran seperti pabrik logam, misalnya, tertinggal di lingkungan pabrik yang sudah disediakan.
2)   Memisahkan lingkungan tempat tinggal dari sumber pencemaran. Agar manusia, hewan, tumbuhan dan lain-lainnya terhindar dari kerusakan akibat pencemaran dapat dilakukan dengan mengatur tata wilayah atau tata kota dengan cermat dan melaksanakan rayonisasi atau zoning. Wilayah dibagi menurut penggunaan yang tepat, saling menunjang dan tidak saling mengganggu, dengan memperhatikan arah angin,aliran air, tinggi rendah letak jaringan lalu lintas, tempat kediaman dan lain-lain.
Tempat-tempat yang menciptakn pencemaran, seperti jalan raya, pabrik kimia, pabrik logam, dan sumber pencemaran lainnya diberi lokasi khusus risiko gangguan ke bagian-bagian wilayah kecil lainnya. Ruang kerja karyawan di dalam lokasi khususnya tersebut di atas harus diusahakan bebas dari bahay pencemaran.
3)   Menghilangkan bahan-bahan pencemaran dari udara. Pencemaran yang disebabkan oleh karbon dioksida dapat diatur dengan menambah vegetasi. Tumbuhan dirangsang proses fotosintesisi oleh konsentrasi karbon dioksida yang agak besar dan membebaskan oksigen sehingga konsentrasi gas karbon dioksida berkurang. Tumbuhan rindang dengan daun-daun lebar mampu menangkap partikel-partikel pencemaran yang berjatuhan dari udara bagian atas, sehingga udara bagian bawah agak terhindar dari gangguan debu dan debu yang melekat pada dedaunan pada waktunya akan terbawa ke bawa oleh air hujan, tidak sempat mengotori udara bagian bawah. Untuk memperoleh ruangan yang udaranya bersih, orang harus menyaring udara yang masuk ke dalam ruangan tersebut. Partikel-partikel padat dapat disaring dengan filter. Untuk partikel yang halus, lebih baik udara kotor dialirkan air, atau secara elektrostatik dengan mengalirkan udara melalui konduktor yang berisi muatan listrik, debu akan tertarik konduktor dan berjatuhan selanjutnya ditampung. Pencemaran dalam bentuk gas disaring dengan melewatkan air atau larutan yang dapat bereduksi dan menetralkan gas pencemar tersebut. Untuk tiap macam gas pencemaran harus dicarikan larutan yang cocok, dan diusahakan agar persenyawaan antara gas pencemar dan larutan tidak menimbulkan gas baru yang sifatnya mencemarkan pula.
b.    Pencemaran Air dan Tanah
Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi karena tingkah laku manusia, seperti penggunaan zat detergen, asam belerang, dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran ini dapat juga karena pestisida, pupuk-pupuk tanaman yang berlebihan dalam penggunaanya sehingga mutu air dan tanah berkurang, bahkan dapat membahayakan baik untuk tumbuh-tumbuhan maupun hewan.manusia. sebagai contoh, DDT, Aldrin, endrin fosfor organik bila mencemari tanah pertanian dan air akan merugikan, sebab zat-zat ini dapat membunuh mikroorganisme yang sangat penting dalam proses pembusukan dan sintesis zat-zat organik/anorganik. Air minum pun dapat tercemar sehingga menurunkan kesehatan, resistensi kuman meningkat dan mungkin pestisida dapat bersifat karsinogenik, yaitu dapat menimbulkan kanker atau tumor ganas. Pembuangan sampah atau kotoran ke sungai jelas akan memengaruhi produktivitas air dan lingkungan secara luas. Bahan-bahan kimia sisa dari industri seperti fosfat, belerang, timah hitam, besi, tembaga dan lain-lain telah mencemari tanah, air dalam tanah, air di permukaan tanah, sungai, danau rawa, laut maupun samudera.
Selain oleh zat-zat kimia, air dan tanah dapat pula dicemari bibit-bibit penyakit yang kemudian dapat menulari hewan maupun manusia sehingga menimbulkan epidemi.
Tindakan-tindakan mengatasi pencemaran air:
1)   Tindakan preventif dengan mengusahakan agar bahan limbah kota tidak mencemari air, dengan cara pengelolaan produksi yang sedikit mungkin menghasilkan bahan limbah, atau bahan limbah harus dikerjakan lagi sehingga menghasilkan zat-zat limbah yang tidak menyebabkan pencemaran lingkungan.
2)   Dengan membuang bahan limbah ke tempat-tempat khusus, tempat pembuangan sampah, atau ditanam di bawah tanah agar lambat laun dihancurkan oleh mikroorganisme. Akan tetapi, cara ini dapat menyebabkan pencemaran air tanah, dengan makin banyaknya sampah buangan, makin sulit mendapatkan lokasi yang tepat dan cukup luas di dalam atau di dekat kota tanpa menimbulkan gangguan lingkungan hidup dari pencemaran udara dan air.
3)   Dengan membersihkan air limbah industri yang mengandung berbagai polutan terlebih dahulu sebelum meninggalkan kompleks industri. Air limbah dialirkan lewat beberapa kolam dan dibersihkan secara mekanis dan kimiawi dengan diberi bahan-bahan tertentu, dan secara biologis dengan memberi ganggang atau tumbuhan air tertentu sehingga senyawa-senyawa yang berbahaya terambil dari air.
Untuk menguji kebersihan air dan zat-zat berbahaya, kolam terakhir diisi berbagai jenis ikan yang dipelihara dan dapat di teliti akan pengaruh buruk air kepada ikan-ikan tersebut. Apabila ikan dan juga tumbuhan di kolam sebagai indikator kebersihan air menunjukkan hasil yang baik, air boleh keluar dari kompleks industri atau bahkan digunakan kembali sebagai air bersih untuk keperluan pabrik.
c.    Pencemaran Suara
Pencemaran suara dapat berupa gangguan kepada penghuni lingkungan. Gangguan yang dialami manusia ada dua macam, yaitu gangguan fisiologi dan psikologi. Lagu-lagu yang bagus dapat menjadi gangguan apabila berbunyi terus menerus sehingga membosankan dan menjengkelkan bagi yang mendengar, atau lagu-lagu yang bagus tersebut terdengar tidak pada waktunya, misalnya ketika orang sedang tidur. Itu semua dapat menimbulkan kejengkelan yang merupakan tekanan jiwa dan mendatangkan gangguan-gangguan kejiwaan.
Suara yang berbunyi sangat keras akan manjadi gangguan bagi lingkungan dan dirasakan sebagai kebisingan sehingga mengganggu ketenangan hidup. Selain mengakibatkan gangguan pendengaran (tuli) juga dapat menimbulakan gangguan-gangguan kejiwaan penyebab perubahan kadar hormon dalam darah, denyut nadi dan jantung makin cepat, kejang-kejang, dan pupil mata membesar. Gangguan perasaan dan kesehatan mengakibatkan perubahan watak dan tingkah laku.
Untuk menentukan kualitas suatu suara, haruslah diketahui frekuensi dan identitas dari suara tersebut, Frekuensi dinyatakan dengan Hz (Hertz), yaitu jumlah getaran suara per detilk yang sampai ke telinga, sedangkan intensitas suara dinyatakan dalam db (desibel).
Ada tiga yang dapat dipertimbangkan dalam usaha menanggulangi gangguan suara, yaitu sumber suara, medium penghantar geteran suara dan penerimaan suara.
1)   Mematikan melemahkan sumber suara. Apabila sumber suara berasal dari tape recorder, radio, atau televisi, dapat dengan mengecilkan suaranya; apabila sumber suara berasal dari kendaraan bermotor, dapat dengan memperbaiki knalpot, memasang saringan atau mengerahkan ke atas. Apabila sumber suara berasal dari anak yang menangis, dapat ditenangkan agar berhenti menangis.
2)   Perambatan getaran suara dapat di cegah dengan bahan peredam, misalnya karton, kayu, serabut, batu merah, tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Jalur-jalur hijau dan pagar-pagar hidup besar manfaatnya untuk mengurangi kebisingan kota, di samping sebagai paru-paru kota dan sebagai regulator temperatur udara kota. Lebih sempurna lagi apabila arsitektur bangunan yang memangku jalan ramai diperhatikan untuk mencegah kebisingan.
3)   Ada kemungkinan bahwa orang tidak dapat melakukan cara pertama dan kedua, misalnya orang yang pekerjaannya selalu harus bergaul dengan bunyi yang tidak menyenangkan, seperti mereka bekerja di dalam pabrik yang penuhn suara bising. Dalam hal ini, orang dapat mengurangi gangguan kebisingan dengan menutup telinga dengan jari, kapas, atau alat peredaran suara lainnya.
Sekarang sudah dapat dubuat suatu alat yang mampu meredamkan suara secara selektif, tetapi hanya suara suara tertenu saja yang direndamkan yaitu dengan memasang alat yang dapat memasukkan getar suara ke dalam alat pendengar lewat tulang-tulang telinga. Getaran suara yang dimasukkan itu merupakan getar suara tandingan sehingga bagi yang menggunakannya suara bising dapat tidak terdengar lemah. Sedangkan suara-suara lai masih terdengar seperti biasa. Setiap masuk kelingkungan bising, alat harus disetel untuk membandingkan suara tandingan yang cocok.
2.4    Ciri-ciri Makhluk Hidup
1.    Memerlukan Makanan
Setiap makhluk hidup tentu membutuhkan makanan untuk bertahan hidup. Tapa makanan dan minuman kita tidak bisa bertahan hidup. Sumber energi yang ada di dalam tubuh kita adalah makanan. Ibaratnya adalah sepeda motor tanpa bensin tentu tidak bisa jalan.
2.    Bernafas
Makhluk hidup seperti bakteri, tumbuhan, manusia, dan hewan bernafas sesuai dengan alat pernafasannya masing-masing. Misalnya, manusia bernafas dengan paru-paru, dan ikan bernafa dengan insang.
3.    Bergerak
Bergerak terbagi enjadi dua, yaitu bergerak aktif dan bergerak pasif. Untuk bergerak aktif, contohnya adalah manusia berjalan, tangan naik turun, dan sebagainya. Sedangkan gerak pasif, ini terjadi pada tumbuhan.
4.    Tumbuh
Kita sendiri dilahirkan oleh ibu kita dari bayi, kemudian tumbuh menjadi balita, tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dan dewasa. Begitu pula denga makhluk hidup lain.
5.    Berkembang Biak
Salah satu tujuan makhluk hidup berkembang biak adalah untuk mempertahankan jenis atau keluarganya.
6.    Peka terhadap Rangsangan
Makhluk hidup seperti tumbuhan akan tumbuh menanggapi rangsang cahaya matahari, jadi tumbuhnya adalah kearah matahari. Contoh lainnya misal tangan kita yang merasakan panas jika didekatkan dengan api.
7.    Mampu Beradaptasi
Sebagai contoh kita pada waktu pergi kedaerah pegunungan yang dingin maka tubuh kita banyak memproduksi hemoglobin. Oleh karena itu, pipi kita akan terlihat kemerah-merahan.
8.    Mengeluarkan Zat Sisa
Sebagaimana makhhluk hidup memerlukan makanan, ada input pasti ada output. Jika ada yang dimasukan, pasti ada yang dikeluarkan.

2.5    Keanekaragaman Makhluk Hidup
1.    Penyebab Keanekaragaman Mahluk Hidup
Keanekaragaman makhluk hidup terjadi oleh adanya mekanisme evolusi. Evolusi merupakan Perubahan makhluk hidup dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks dan bervariasi terjadi karena DNA mengalami perubahan kode genetik (mutasi). Kode genetik yang paling sesuai dengan keadaan lingkungan akan mendapatkan peluang ang lebih besar untuk berkembang.
Organisme yang dapat bertahan hidup di lingkungan tertentu disebut dengan adaptasi. Makhluk hidup yang mampu beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya dapat mengembangkan populasinya, sedangkan yang tidak mampu beraptasi akan punah. Inilah yang disebut dengan seleksi alam (natural selection).
2.    Klasifikasi Keanekaragaman Makhluk Hidup
a.    Sejarah Klasifikasi Makhluk Hidup
Klasifikasi adalah suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan tumbuhan ataupun hewan yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok tumbuhan ataupun hewan tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok tumbuhan atau hewan lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organism baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi.
Adapun tujuan Klasifikasi makhluk hidup adalah:
a)    Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki,
b)   Mengetahui ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis lain,
c)    Mengetahui hubungan kekerabatan makhluk hidup,
d)   Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya atau belum memiliki nama.
Selain memiliki tujuan, klasifikasi memiliki manfaat bagi manusia, antara lain:
a)    Klasifikasi memudahkan kita dalam mmpelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam,
b)   Klasifikasi membuat kita mengetahui hubungan kekerabatan antar jenis makhluk hidup,
c)    Klasifikasi memudahkan komunikasi Para ahli biologi masih menggunakan buku Linnaeus yang berjudul Systema Naturae (sistem Alam) yang diterbitkan tahun 1758 sebagai dasar untuk klasifikasi ilmiah.
Ada tiga tahap yang harus dilakukan untuk mengklasifikasikan makhluk hidup.Pencandraan (identifikasi), Pencandraan adalah proses mengidentifikasi atau mendeskripsi ciri-ciri suatu makhluk hidup yang akan diklasifikasi.Pengelompokan, setelah dilakukan pencandraan, makhluk hidup kemudian dikelompokkan dengan makhluk hidup lain yang memiliki ciri-ciri serupa. Makhluk hidup yang memiliki ciri serupa dikelompokkan dalam unit-unit yang disebut takson. Pemberian nama takson, selanjutnya kelompok-kelompok ini diberi nama untuk memudahkan kita dalam mengenal ciri-ciri suatu kelompok makhluk hidup.
b.    Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup
Dalam klasifikasi makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan beranekaragam dipilah dan dikelompokkan. Kelompok-kelompok tersebut disebut dengan takson. Jadi, takson merupakan tingkatan dalam klasifikasi.
Contoh tingkatan takson dalam klasifikasi tumbuhan dan hewan antara lain :
Kingdom Plantae Kingdom Animalia
1)   Divisi (division) Filum (fhylum)
2)   Kelas (classis) Kelas
3)   Bangsa (ordo) Ordo
4)   Suku (familia) Familia
5)   Marga (genus) Genus
6)   Jenis (spesies) Spesies
Sebagai contoh kucing hutan dan kucing rumah memiliki ordo yang sama, yaitu karnivora. Seluruh karnivora mempunyai kesamaan struktur dan fungsi gigi. Dua hewan tersebut memiliki kelas yang sama, yaitu mamalia. Mamalia memiliki rambut penutup tubuh dan menyusui anaknya.Fillum chordata adalah tingkat takson yang lebih besar dimana kedua kucing tersebut masuk di dalamnya bersama dengan hewan lain yang mempunyai tulang belakang. Tingkat takson yang paling tinggi adalah kingdom Animalia, yang mencangkup semua jenis Hewan.
c.    Klasifikasi Berdasarkan Struktur
Klasifikasi ini berdasarkan pada kerangka molekuler dari senyawa yang bersangkutan. Menurut sistem ini, ada 4 kelas yaitu:
a)    Senyawa alifatik rantai terbuka atau lemak dan minyak.
Contoh: asam-asam lemak, gula, dan asam-asam amino pada umumnya
b)   Senyawa alisiklik atau sikloalifatik
Contoh: terpenoida, steroida, dan beberapa alkaloida
c)    Senyawa aromatik atau benzenoid
Contohnya: golongan fenolat dan golongan kuinon
d)   Senyawa heterosiklik
Contoh: alkaloida, flavonoida, golongan basa asam inti
Karena klasifikasi ini hanyalah superfisial, maka tidak mengherankan jika suatu senyawa organik bahan alam tertentu dapat dimasukkan kedua kelas berlainan. Contohnya: geraniol, farsenol, dan skualen, termasuk kelas senyawa alifatik rantai terbuka, timol termasuk senyawa aromatik. Namun, keempat senyawa tersebut merupakan anggota dari kelas terpenoida dan steroida.
d.   Klasifikasi Berdasarkan Sifat Biokimia dan Persebarannya
1)   Sistem Dua Kingdom, Sistem dua kingdom pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles (Yunani). Dalam sistem ini makhluk hidup dibagi menjadi kingdom Plantae dan Animalia. Kingdom Plantae (kerajaan tumbuhan), meliputi berbagai makhluk hidup yang mempunyai ciri berdinding sel dan berklorofil.Yang termasuk ke dalam kingdom ini adalah bakteri, jamur, ganggang, paku, dan tumbuhan berbiji. Kingdom Animalia (kerajaan hewan), meliputi berbagai makhluk hidup yang memiliki ciri tidak berdinding sel dan idak memiliki klorofil. Yang termasuk ke dalam kingdom ini adalah Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata.
2)   Sistem Tiga Kingdom, Klasifikasi tiga kingdom membagi makhluk hidup menjadi Kingdom Monera, Plantae, dan Animalia. Kingdom Monera, yaitu kelompok makhluk hidup yang memiliki ciri tersusun dari satu atau banyak sel dan belum memiliki membran inti. Yang termasuk ke dalam kingdom ini adalah bakteri dan ganggang hijau-biru.Kingdom Plantae, adalah kelompok tumbuhan yang meliputib jamur, lumut, paku, dan tumbuhan biji. Kingdom Animalia, adalah kelompok hewan yang terdiri dari Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata. Namun demikian ada juga yang mengembangkan klasifikasi tiga kingdom yang berbeda. Misalnya Haeckel pada tahun 1866 mengusulkan makhluk hidup dikelompokkan menjadi tiga kingdom yaitu Protista, Plantae, dan Animalia.
Kingdom Protista adalah kelompok makhluk hidup yang tersusun atas satu atau banyak sel, memiliki membran inti, dan memiliki organel. Yang termasuk ke dalam kingdom ini adalah Protozoa, ganggang, dan jamur. Sehingga Kingdom Plantae hanya terdiri dari lumut dan tumbuhan berpembuluh.
3)   Sistem Empat Kingdom, Sistem empat kingdom terdiri dari Kingdom Monera, Fungi, Plantae, dan Animalia. Kingdom Monera terdiri dari bakteri dan ganggang hijau-biru. Kingdom Fungi dipisahkan dari Plantae karena tidak mempunyai klorofil walaupun sama-sama mempunyai dinding sel. Sedangkan Kingdom Animalia meliputi berbagai hewan seperti dalam sistem tiga kingdom.
4)   Sistem Lima Kingdom Pencetus klasifikasi sistem lima kingdom adalah Robert H. Whittaker, seorang ahli biologi Amerika Serikat pada tahun 1969. Dalam klasifikasi ini Whittaker mengelompokkan makhluk hidup dalam Kingdom Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Kingdom baru yang ditambahkan, yaitu Protista meliputi berbagai jenis makhluk hidup uniseluler maupun multiseluler yang menyerupai jamur, tumbuhan, dan hewan namun tidak dapat dikelompokkan ke dalam Kingdom Fungi, Plantae, dan Animalia.
Disamping menggunakan ciri fisik hewan ilmuan saat ini meneliti atau menguji DNA hewanhewan untuk pengklasifikasian.
a.    Sistem Penamaan
Orang yang berjasa dalam pemberian nama ilmiah untuk jenis makhluk hidup ini adalah Carolus Linnaeus. Cara pemberian nama itu disebut binomial nomenklatur atau tata nama binomial. Binomial Nomenklatur adalah penamaan dengan dua kata latin atau yang dilatinkan. Aturan tata nama tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Kata pertama adalah genusnya dan kata kedua adalah petunjuk jenisnya.
2.    Huruf pertama nama genus menggunakan huruf besar, sedangkan huruf pertama penunjuk jenis menggunakan huruf kecil.
3.    Nama genus dan petunjuk jenis harus digaris bawahi secara terputus atau dicetak dengan huruf miring.
b.    Kunci Dikotomi
Menurut Rifai (1976), berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka  dikenal tiga macam kunci determinasi, yaitu kunci perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Yang akan dibahas di sini adalah kunci analisis. Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi cirri ciri yang bertentangan satu sama lain.
Untuk memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf. Pemakai kunci analisis harus mengikuti baitbait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam penuntun-penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita dituntun langsung pada nama takson yang dicari.
Kunci analisis dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik (kunci indent) dan kunci paralel. Pada kunci bertakik maka penuntun penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di antara kedua penuntun itu ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun pertama, juga dengan penuntun-penuntun yang dipisah berjauhan. Dengan demikian maka unsure-unsur takson yang mempunyai ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus. Penuntun-penuntun kunci parallel yang sebait ditempatkan secara berurutan dan semua baitnya disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir setiap penuntun diberikan nomor bait yang harus diikuti, dan demikian seterusnya sehingga akhirnya diperoleh nama takson tumbuhan yang dicari. Kunci paralel lebih menghemat tempat, terutama kalau takson tumbuhan yang dicakupnya besar sekali. Buku Flora of Java yang ditulis oleh Backer dan Backuizen van den Brink semuanya ditulisdalam bentuk kunci paralel.

2.6    Biogeografi
Salah satu cabang geografi adalah “biogeografi” atau “geografi biologi”. Biogeografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sebaran secara spesial makhluk hidup pada saat yang lalu dan saat ini. Untuk tujuan praktis sesuai dengan pembagian makhluk hidup menjadi tumbuhan dan hewan, biogeografi pada umumnya dibagi atas “geografi tumbuhan” (fitogeografi) dan “geografi hewan” (zoogeografi). Fitogeografi dan Zoogeografi adalah bagian dari ilmu pengetahuan biogeografi yang mempelajari studi dan deskripsi perbedaan fenomena distribusi vegetasi di bumi termasuk semua faktor yang mengubah permukaan bumi oleh faktor fisik, iklim atau oleh interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya.           
Biogeografi merupakan cabang dari biologi yang mempelajari makhluk hidup dan geografi, dalam penyebaran atau distribusi makhluk hidup di bagian bumi termasuk asal dan cara penyebarannya. Penyebaran makhluk hidup dibedakan atas penyebaran hewan dan tumbuhan.  Pengetahuan biogeografi erat kaitannya dengan klimatologi dan paleontologi.
Biogeografi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu. Biogeografi yaitu bidang ilmu yang mempelajari dan berusaha untuk menjelaskan distribusi organisme di permukaan bumi. Cabang keilmuan ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya. Ilmu tidak hanya mempertanyakan Spesies apa? dan Dimana?, tapi ia juga mempertanyakan Mengapa? dan terkadang Mengapa tidak? Pola penyebaran spesies pada tingkatan ini dapat dijelaskan melalui gabungan faktor-faktor keturunan seperti spesifikasi, kepunahan, continental drift, glaciation (yang berhubungan juga dengan tinggi dari permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait), serta river capture dan ketersediaan sumber daya alam.
Studi tentang penyebaran spesies menunjukkan bahwa spesies-spesies berasal dari satu tempat, namun selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Organisme tersebut mengadakan diferensiasi selanjutnya menjadi subspesies baru dan spesies yang cocok terhadap daerah yang ditempatinya. Salah satu dasar mempelajari biogeografi adalah bahwa setiap hewan dan tumbuhan muncul atau mengalami evolusi sekali saja pada masa lampau. Suatu tempat tertentu asal suatu jenis disebut pusat asal usul.
Orang yang pertama kali mengemukakan adanya hubungan antara makhluk hidup dengan daerah / wilayah tertentu di permukaan bumi adalah Alfred Russel Wallace. Pada tahun 1800-an ia menerbitkan buku yang mengungkapkan adanya pola penyebaran makhluk hidup di bumi. Wallace membagi bumi menjadi 6 wilayah biogeografi karena masing-masing wilayah memiliki tumbuhan dan hewan yang khas dan unik. Setiap wilayah geografis tersebut memiliki rintangan berupa kondisi alam sebagai hasil dari penyatuan atau pemisahan benua pada masa silam. Akibat dari adanya rintangan tersebut, makhluk hidup terhalang dan tidak dapat melakukan penyebaran ke daerah di seberangnya.
Wallace sejak tahun 1858 telah menyadari perubahan-perubahan geologi yang terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah ini dan implikasinya kepada penyebaran fauna. Ilmu Biogeografi lahir di Indonesia, oleh Wallace, ketika ia menulis sebaris kalimat kepada Henry Bates, “I believe the western part to be a separaed portion of continental Asia, the eastern the fragmentay prolongation of a former Pacific continent.” (Alfred Russel Wallace, 1858).
Tahun 1910, tiga tahun sebelum Wallace meninggal, dalam bukunya “The World of Life” (Chapman and Hall, London), Wallace menggeser garisnya di sektor Sulawesi lebih ke timur lagi sebab di Sulawesi Barat masih cukup dominan ditemukan fauna-fauna Asia. Dari penelitian-penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh ahli2 fauna dan flora ditemukan bahwa Garis Wallace ini tidak pernah tegas, tetapi dapat bergeser-geser ke timur atau barat di Sulawesi; tetapi jelas meyakinkan bahwa Sulawesi adalah wilayah pertemuan sekaligus perbatasan zone-zone biogeografi.
Konsep Garis Wallace ini mengesankan para ahli biogeografi sebab penyebaran flora pun mengikutinya. Flora-flora pegunungan di Sulawesi Barat mirip flora pegunungan di Kalimantan dan Jawa, sedangkan flora di tanah yang berasal dari lapukan batuan ultrabasik d Sulawesi bagian timur ternyata mirip flora Papua yang juga tumbuh di tanah hasil lapukan batuan ultrabasik. Ahli flora terkenal zaman Hindia Belanda, van Steenis pada tahun 1972 meneliti flora pegunungan Sulawesi dan membaginya sebagai flora asal lokal (autokton) dan flora asal luar (alokton).
Edwards (1964) berpendapat, kajian biogeografi mestilah meliputi pengetahuan tentang proses-proses pedogenik (tanah-tanih), jenis-jenis tanih dan keadaan cuaca kerana tumbuh-tumbuhan tidak boleh dikaji berasingan daripada tanih di mana ia tumbuh. Begitu juga dengan kepentingan manusia yang merubah tanih dalam pelbagai aktiviti yang mereka jalankan. Dalam biogeografi, kajian tanah juga boleh dilakukan seperti kajian mengenai bentuk guna tanah (landforms). Di samping itu, kita juga boleh mengkaji mengenai pembentukan bahan-bahan organik di dalam formasi tanah.
Jika dilihat dari dimensi waktu maka konsep bioregion juga dikembangkan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan suatu daerah. Di Amerika Utara misalnya, pemerintah Kanada dan Amerika Serikat pada tahun 1996 telah mengeluarkan definisi Bioregion yang diadaptasi dari The Bioregional Association of North Americas (BANA).
Definisi bioregion ini mencakup :
·      penemuan, pemahaman, restorasi dan pemeliharaan sistem alam lokal;
·      pembangunan dan penerapan cara-cara praktis berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia;
·      mendukung pembangunan budaya baru berdasarkan situasi hakikat fenomena suatu daerah (biogeography).
Biogeografi berguna dalam mengetahui dan menentukan faktor yang menyebabkan atau membatasi penyebaran suatu jenis makhluk hidup. Faktor-faktor yang memungkinkan timbulnya varietas baru merupakan pengetahuan dasar untuk memahami terjadinya species baru. Jika dua individu yang mempunyai varietas suatu species tertentu menghuni dua tempat yang berbeda tidak memungkinkan dapat melakukan hubungan reproduksi, mereka akan mengalami perubahan-perubahan dan akhirnya menjadi dua species yang berbeda, misalnya, munculnya berbagai species burung Finch di kepulauan Galapagos, diperkirakan nenek moyangnya berasal dari daratan Amerika.

2.7    Persebaran Makhluk Hidup
Menurut Rifai (1976), berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka  dikenal tiga macam kunci determinasi, yaitu kunci perbandingan, kunci analisis dan sinopsis. Yang akan dibahas di sini adalah kunci analisis. Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi cirri ciri yang bertentangan satu sama lain.
Untuk memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi bernomor, sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf. Pemakai kunci analisis harus mengikuti baitbait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam penuntun-penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita dituntun langsung pada nama takson yang dicari.
Kunci analisis dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik (kunci indent) dan kunci paralel. Pada kunci bertakik maka penuntun penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di antara kedua penuntun itu ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun pertama, juga dengan penuntun-penuntun yang dipisah berjauhan. Dengan demikian maka unsure-unsur takson yang mempunyai ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus. Penuntun-penuntun kunci parallel yang sebait ditempatkan secara berurutan dan semua baitnya disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir setiap penuntun diberikan nomor bait yang harus diikuti, dan demikian seterusnya sehingga akhirnya diperoleh nama takson tumbuhan yang dicari. Kunci paralel lebih menghemat tempat, terutama kalau takson tumbuhan yang dicakupnya besar sekali. Buku Flora of Java yang ditulis oleh Backer dan Backuizen van den Brink semuanya ditulisdalam bentuk kunci paralel.
Faktor yang Mempengaruhi Persebaran Organisme/Makhluk Hidup
1.    Lingkungan
Dua faktor lingkunganutama yang berpengaruh terhadp persebaran makhluk hidup adalah faktor abiotik/tidak hidup (daratan, perairan, dan lintang geografis) dan biotik/ higup (tumbuhan, hewan dan jasad renik (mikroorganisme)
2.    Sejarah Geologi
Saat dunia masih bersatu dalam bentuk Pangaea, kira-kira 200 juta tahun lalu, suatu spesies berada dalam pada daerah dan bentuk yang sama. Kemudian seiring berjalannya waktu benua-benua mulai memisahkan diri.
3.    Penghambat Fisik
Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus).





BAB 3
PENUTUP
3.1    Simpulan
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragam makhluk hidup disebut dengan keanekaragaman hayati. Makhluk hidup adalah suatu organisme yang dapat mempertahankan dirinya dari berbagai perubahan lingkungan dan dapat berkembangbiak untuk melestarikan jenisnya.Makhluk hidup merupakan suatu subtansi zat yang dapat menjadi proses kehidupan. Makhluk hidup mempunyai ciri-ciri seperti: bergerak, melakukan metabolisme, mempertahankan jenisnya/hidupnya, tanggap terhadap rangsang, memerlukan makanan, bernafas, tumbuh, berkembang biak, peka terhadap rangsangan, mampu beradaptasi, dan mengeluarkan zat sisa. Adapun faktor yang mempengaruhi persebaran organisme/makhluk hidup yaitu lingkungan, sejarah geologi, dan penghambat fisik.

3.2    Saran
Penulis berharap agar makalah ini bisa menambah wawasan bagi pembacanya tentang keanekaragam makhluk hidup dan pesebarannya. Harapan yang paling utama yaitu bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan tumbuhan dan hewan yang ada di bumi ini, terlebih yang ada di sekitar lingkungan kita, dengan begitu keanekaragam makhluk hidup akan terjaga pelestariannya.

2 komentar: